Kisruh Pengambilan Kekuasaan Keraton, Ini Respons Sultan Kasepuhan

Kisruh Pengambilan Kekuasaan Keraton, Ini Respons Sultan Kasepuhan

Sudirman Wamad - detikNews
Minggu, 28 Jun 2020 18:16 WIB
Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon (Foto: Sudirman Wamad)
Cirebon -

Raharjdo Djali berani menyegel Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, menggunakan gembok dan rantai. Rahardjo mengaku keturunan Sultan Sepuh XI Jamaludin Aluda Tajul Arifin, sehingga ia merasa berhak mengambil alih Keraton Kasepuhan.

Saat ditemui di komplek Keraton Kasepuhan Cirebon, Rahardjo menunjukkan salah satu surat yang berisi tentang silsilahnya. Kop suratnya bertuliskan 'Staat Turunan Sentana Wargi Kesultanan Cirebon' dan berlogo Kesultanan Kasepuhan Cirebon.

Surat bernomor 051/SL/SSXIV/XI2013 ditandatangani Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat dan bermaterai. Dalam surat itu tercantum nama Raden Rahardjo H Djali, turunan dari Ratu Mas Doli Manawiah. Rahardjo menerangkan ibunya, Ratu Mas Doli Manawiah merupakan anak dari istri kedua Sultan Sepuh XI Jamaludin Aluda Tajul Arifin, Nyi Mas Rukjah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Raharjdo tak sendiri. Ia mendapatkan dukungan dari keluarga besarnya. Ia mendapat dukungan Elang Mas Upi Supriyadi, cucu dari istri pertama Sultan Sepuh XI Jamaludin Aluda Tajul Arifin, Raden Ayu Raja Pamerat. Upi merupakan anak dari Raja Ratu Wulung Ayuningrat.

Selama ini, Rahardjo dan Upi berdiam. Namun, Rahardjo menilai Arief tak bisa merawat keraton. Ia menilai keraton kotor dan tak terawat. Hingga puncaknya, Raharjdo berani menyegel ruangan Dalem Arum Keraton Kasepuhan.

ADVERTISEMENT

Namun, sebelumnya menyegel ruangan tersebut. Rahardjo mengaku telah melayangkan permintaan untuk berdialog tentang masa depan keraton dengan sultan yang saat ini menjabat. Namun tak kunjung digubris Arief.

"Saya sudah beberapa kali mengajak berunding. Ingin berembuk untuk mengembangkan keraton ke depan. Yang bersangkutan menolak, tidak merespon telpon ataupun WA saya. Ini sudah lama sekali. Sudah lebih dari lima tahun," kata Rahardjo kepada detikcom, Minggu (28/6/2020).

Rahardjo mengaku sudah berunding dengan keluarga besarnya terkait risiko perlawanannya terhadap sultan yang saat ini menjabat. "Kita sampaikan kepada beliau (Raden Mas Upi) harus mengambil strategi. Harus tepat. Agar bisa dilakukan cepat dan mulus Kami sadar akan ada penolakan atau perlawanan," katanya.

Rahardjo mengaku tak memiliki ambisi untuk menjabat sebagai sultan. Namun, ia mengajukan Elang Mas Upi Supriyadi sebagai pengganti Arief. "Kita sepakat Pak Upi. Kita juga menyarankan siapa pun yang bertugas (menjabat sebagai sultan) di sini. Harus kuat, baik secara ekonomi, pendidikan dan lainnya," kata Rahardjo.

"Kami akan pilih secara diplomatis. Supaya perkembangan keraton, kemudian arwahnya, wibawanya, dapat dipelihara dengan baik," kata Rahardjo.

Terpisah, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat mengatakan Rahardjo tak memiliki hak atas kekuasaan di Keraton Kasepuhan.

"Oknum yang mengaku telah mengambil alih Keraton Kasepuhan Cirebon bukanlah orang yang berhak atas tahta keraton, baik secara silsilah, adat istiadat serta tradisi yang berlaku secara turun temurun. Sehingga tindakan tersebut merupakan tindakan iseng yang sangat tidak berdasar," kata Arief dalam keterangan yang diterima detikcom.

Lebih lanjut, Arief mengatakan Rahardjo bukan sultan, dan juga putra sultan. Menurut Arief, yang berhak menjabat sebagai sultan, adalah putra sultan.

"Hal mana yang berhak atas gelar sultan, harus merupakan putra sultan. Sesuai adat istiadat serta tradisi yang berlaku secara turun temurun Kesultanan Kasepuhan Cirebon," kata Arief.

Sekadar diketahui, kisruh di Kesultanan Kasepuhan Cirebon itu mencuat setelah beredar video tentang penyegelan dan pernyataan peralihan kekuasaan, yang dilakukan Rahardjo. Sejumlah video itu beredar di media sosial dan aplikasi perpesanan.

Halaman 2 dari 2
(mud/mud)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads