Kejadian penjual Cuanki yang tepergok meludahi mangkok saat melayani pembeli ternyata berdampak pula ke Pangandaran. Para penjual Cuanki di Pangandaran menyesalkan kejadian itu.
"Hampir setiap orang yang jajan pasti menanyakan itu. Saya hanya bisa menjelaskan bahwa saya tidak seperti itu," kata Itang, penjual Cuanki di sekitar pantai Pangandaran, Sabtu (27/6/2020) malam.
Untuk meyakinkan pembeli, Itang sengaja meracik dagangannya di depan pembeli. "Sengaja saya membuatnya di hadapan pembeli. Saran saya kepada pembeli, sebaiknya kalau jajan Cuanki dilihat langsung pas membuatnya. Biar semua yakin," kata Itang yang berasal dari Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut.
Dia mengaku jengkel dengan kelakuan penjual Cuanki di Jakarta tersebut, karena usahanya baru saja hendak bangkit akibat pandemi Corona, kini malah dilanda insiden tersebut.
"Jadi "ngabalerang" (memberi citra buruk) ke semua pedagang Cuanki," kata Itang.
Terkait alasan penglaris, Itang mengaku tak yakin ada ritual penglaris semacam itu. "Seumur-umur saya baru dengar ada penglaris seperti itu, kalau dugaan saya, mungkin dia stres," kata Itang.
Mengenai penglaris usaha, Itang sendiri pernah mencobanya. Tapi metoda atau ritualnya tak seperti itu. Itang mengaku pernah meminta jimat atau isim untuk membantu menggenjot usahanya.
"Saya pernah "nyare'at" (meminta bantuan orang pintar) tapi hanya diberi isim, kemudian ditaruh di laci tempat menyimpan uang. Tapi bukan ke dukun, ke ajengan," kata Itang.
Isim itu dia tebus dengan mahar sebesar Rp 1 juta. Konon dengan pemikat itu omzet jualan akan meningkat. "Tapi ya tetap saja, yang namanya dagang kalau lagi marema ya marema, sepi mah sepi aja," kata Itang.
Isim sendiri merupakan benda bertuah bertuliskan rajah atau kalimat-kalimat huruf arab. Medianya tulisnya bisa kulit hewan atau sekedar kertas biasa.
Selain membawa isim, Itang juga mengaku pernah "nyare'at" dengan cara lain. Yaitu membawa garam ke orang pintar di Garut. Kemudian setelah dibacakan jampi-jampi, garam dalam jumlah banyak itu digunakan untuk bumbu jualan Cuanki.
"Tapi itu dulu, ya saya pernah mencoba. Kalau sekarang mah tidak lagi, sekarang mah lebih baik berdoa langsung ke Allah SWT. Bukan minta laris jualan, tapi meminta rejeki yang halal dan berkah. Yang penting "saeutik mahi loba nyesa" (sedikit cukup banyak bersisa)," kata Itang.
Dia yang sudah menjadi bos Cuanki dengan label Cuanki Anugerah itu, mewanti-wanti agar 23 anak buahnya tak coba-coba pakai jimat penglaris.
"Saya di Pangandaran ada 23 tanggungan untuk jualan Cuanki. Tapi sekarang yang jualan baru 4 orang. Sisanya mungkin nanti menyusul setelah pantai Pangandaran ramai pengunjung," kata Itang.
Menurut dia jimat penglaris paling ampuh adalah berdoa setelah salat dan selalu bersih saat berjualan. Hal kecil yang harus diperhatikan adalah kebersihan sendok dan tanggungan jualan.
"Jualan di pantai itu, sendok dan benda logam lainnya cepat berkarat. Makanya saya wanti-wanti ke teman-teman agar sendok jangan sampai berkarat. Kalau kitanya "berseka" (higienis), pembeli akan senang," kata Itang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tonton video 'Pedagang Cuanki Akhirnya Ngaku Ludahi Pesanan Buat Penglaris':
(ern/ern)