Kepala Dinas Kesehatan Jabar Berli Hamdani memastikan ketersediaan oksigen bagi pasien COVID-19 yang mengalami sesak atau gagal nafas masih aman. Termasuk pasokan oksigen bagi pasien di zona kritis, seperti di ICU yang membutuhkan ventilator.
"Alhamdulillah pasien di Jabar yang seperti ini sangat sedikit, bahkan untuk total keterisian TT ICU dan TT Isolasi yang lengkap dengan ventilator kurang dari tiga puluh persen, jadi Insya Allah Jabar aman," ujar Berli saat dihubungi detikcom, Kamis (25/6/2020).
Sejauh ini, Berli belum mendapatkan laporan adanya kekurangan pasokan oksigen dari rumah sakit daerah yang menjadi rujukan perawatan COVID-19. "Sejauh ini alhamdulillah tidak ada," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam waktu dekat ini, ujar Berli, Jabar akan mendapatkan bantuan oxygen concentrators atau alat kesehatan yang bisa memproduksi oksigen sendiri, asalkan sumber daya listriknya memadai. "Doakan saja semoga cepat terealisasi, saat ini masih urusan kepabeanan," katanya.
Sementara itu, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cililin di Kabupaten Bandung Barat Ahmad Oktorudy mengatakan sejauh ini ketersediaan oksigen masih aman. "Saat ini ada tiga orang yang masih dirawat, yang lainnya sudah sembuh," katanya.
Saat ini di Jabar tercatat 1.448 pasien terkonfirmasi positif yang masih menjalani perawatan, sedangkan untuk pasien dalam pengawasan di Jabar berada di angka 1.085.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kasus COVID-19 terus meningkat dengan cepat, mendekati 10 juta secara global. Data yang dihimpun WHO, hingga 24 Juni sudah ada 9,1 juta kasus yang terkonfirmasi dan setiap harinya bisa bertambah lebih 100 ribu kasus baru.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan beberapa negara mulai menghadapi krisis suplai oksigen. Ini karena semakin banyak kasus COVID-19 maka semakin banyak pasien yang memerlukan bantuan oksigen untuk bisa bertahan hidup.
Menurut Tedros kebutuhan suplai oksigen dunia saat ini meningkat menjadi sekitar 88.000 silinder besar per hari atau setara 620.000 meter kubik oksigen.
"Banyak negara kini kesulitan mendapatkan konsentrator oksigen... Jumlah permintaan saat ini melebihi suplai yang ada," kata Tedros seperti dikutip dari Reuters, Kamis (25/6/2020).
(yum/mud)