Beragam peristiwa terjadi di Jawa Barat hari ini, Senin (21/6/2020). Muai dari terungkapnya misterti 'kapal karam' di Pelabuhan Ratu Sukabumi hingga 190 anak di Jabar terpapar Corona.
Berikut rangkuman beritanya di Jabar Hari Ini:
Misteri 'Kapal Karam' di Pantai Sukabumi Terungkap!
Misteri penampakan benda mirip kapal karam di Pantai Cikembang, Desa Pasir Baru, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, akhirnya terungkap. Kapal yang terekam itu merupakan kapal pengangkut batubara yang tengah bongkar muat.
Informasi tersebut diberikan Irwanto, Manajer Administrasi PT Indonesia Power UJP Palabuhanratu. Irwanto menduga gambar dalam citra satelit Google tertumpuk dengan gambar sebelumnya, sehingga seperti kapal karam.
"Sebagai info, pencitraan awal 20 Maret 2019 ada pembongkaran menggunakan MV. Intan Baruna. Pengambilan berikutnya bulan 12 Mei 2019, yang kapalnya sudah berangkat ke PLTU lain," kata Irwanto kepada detikcom.
Irwanto mengaku sudah mengkonfirmasi langsung informasi itu langsung ke pihak yang berhubungan dengan kapal itu. "Bukan (kapal karam) itu sudah konfirmasi langsung ke manajernya," imbuh Irwanto.
Menurut Irwanto aktivitas bongkar muat itu dilakukan karena situasi ombak besar hingga akhirnya terpaksa dilakukan di perairan tersebut yang kemudian tertangkap oleh citra satelit google.
"Dulu kan karena ombak gede, ditampung dulu di tongkang baru digiring ke sini (PLTU)," ujarnya.
Terkait hasil citra satelit google Irwanto menduga gambar sebelumnya tertumpuk dengan gambar terbaru. "Ditumpuk gambarnya, kelihatannya jadi seperti kapal karam," jelas Irwanto.
Sebelumnya, warganet di Sukabumi heboh dengan kemunculan benda mirip kapal karam yang muncul di perairan Pantai Cikembang. Beragam asumsi bermunculan berdasarkan literasi sejarah dan IT.
Gaji dan Pesangon 2 Tahun Belum Dibayar, Ribuan Buruh Garmen di Cimahi Demo
Ribuan buruh PT Matahari Sentosa Jaya di Kota Cimahi berkumpul dan berkerumun di depan perusahaan menuntut gaji dan pesangon yang belum dibayarkan dua tahun lalu.
Perusahaan yang berlokasi di Jalan Joyodikromo, Kelurahan Utama, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi itu memutuskan untuk menghentikan seluruh kegiatan produksinya alias ditutup pada 21 November 2018.
Namun perusahaan yang bergerak di bidang tekstil dan garmen itu belum menyelesaikan hak bagi seluruh karyawannya terutama gaji yang belum dibayarkan serta hak ditutupnya perusahaan.
Pada saat memutuskan tutup dua tahun lalu, sekitar 1.510 buruh di-PHK. Namun hingga hari ini pihak perusahaan masih belum memenuhi kewajiban mereka membayar hak karyawan.
Kuasa Hukum buruh PT Matahari Sentosa Jaya Pepet Saiful Karim mengatakan, sebelumnya putusan pengadilan menyatakan bahwa PT Matahari Sentosa Jaya diharuskan membayar pesangon kepada 1.510 buruh.
"Perusahaan punya kewajiban membayar 1.510 karyawan PT Matahari Sentosa Jaya sebesar kurang lebih Rp 79 miliar. Rata rata karyawan mendapat pesangon sebesar Rp 52 juta dengan rata-rata masa kerja di atas 18 tahun. Jadi mohon agar perusahaan segera menjalankan isi putusan," ungkap Pepet saat ditemui.
Pepet menyebutkan pengadilan memberikan waktu kepada PT Matahari Sentosa Jaya agar segera membayarkan pesangon ribuan buruh yang di-PHK sejak putusan tanggal 10 Juni kemarin sampai tanggal 24 Juni.
"Jika perusahaan tidak melakukan isi putusan maka dengan terpaksa kami selaku kuasa hukum akan mengajukan eksekusi putusan terhadap aset-aset PT Matahari. Itu yang akan kita lakukan," katanya.
Saat memutuskan tutup beroperasi tanpa alasan, perusahaan tidak membayarkan upah kerja dan tidak membayarkan BPJS. "Keputusannya saat itu PT Matahari Sentosa Jaya memilih untuk menutup perusahaan tanpa membayar hak-hak dari para buruh PT Matahari Sentosa Jaya. Alasannya hanya satu, tidak punya uang," tegasnya.
Salah seorang buruh yang melakukan aksi demo Sofiyatul (42) mengaku sudah bekerja selama 25 tahun di PT Matahari Sentosa Jaya namun dirinya tak mendapat pesangon sepeserpun ketika perusahaan melakukan PHK.
Sejak dilakukan pemutusan hubungan kerja, dirinya terpaksa menganggur selama dua tahun hingga akhirnya memilih berjualan jajanan di depan rumah demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Sempat ditawari Rp 15 juta sama perusahaan, tapi itu juga bayarnya dicicil. Kami semua menolak karena seharusnya kami dapat pesangon Rp 50 juta satu kali PMTK," katanya.
Waspada! Penyemprot Disinfektan di Cianjur Pasang Tarif Rp 800 Ribu
Petugas kesehatan lingkungan (Kesling) gadungan berkeliaran di Cianjur. Oknum tersebut berkeliling ke sejumlah instansi untuk menyemprotkan disinfektan dengan mematok harga.
Keberadaan petugas Kesling gadungan gadungan tersebut terungkap saat melancarkan aksinya ke Unit Kantor Keimigrasian (UKK) Cianjur, Jalan Raya Bandung. Seorang pria berpakaian rapi datang langsung ke UKK dan menawarkan penyemprotan disinfektan.
"Kejadiannya Jumat (19/6/2020) kemarin. Tiba-tiba datang dan menawarkan penyemprotan sambil menyerahkan kuitansi senilai Rp 800 ribu," ujar Kepala Humas Kantor Imgirasi Sukabumi Adi Heryadi saat dihubungi detikcom, Senin.
Guna meyakinkan pihak UKK imigrasi Cianjur, pelaku mengaku petugas kesling dari Dinkes Cianjur. "Orangnya ngaku dari Dinkes," kata Adi.
Curiga dengan gelagat pria tersebut, UKK Imitasi Cianjur berkoordinasi dengan Dinkes Cianjur untuk memastikan ada atau tidaknya program penyemprotan disinfektan berbayar. Bahkan, petugas Dinkes Cianjur menyusul ke kantor imigrasi tersebut.
"Setelah kami berkomunikasi, ternyata tidak ada petugas Dinkes yang berkeliling untuk penyemprotan secara berbayar. Petugas UKK kemudian menahan pelaku agar berlama-lama di kantor sambil menunggu tim dari Dinkes untuk cek langsung," ujar Adi.
Lelaki itu kabur saat tim Dinkes datang. "Kami coba pastikan lagi dengan meminta surat tugasnya, kemudian dia minta izin ke depan (halaman parkir kantor). Ternyata malah kabur," ucap Adi.
Juru Bicara Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Cianjur Yusman Faisal mendapatkan informasi ada orang yang mengaku dari Kesehatan Lingkungan datang ke UKK Imigrasi Cianjur.
Namun dia menegaskan orang tersebut bukan dari Dinkes Cianjur ataupun gugus tugas. Program penyemprotan disinfektan pun sejak awal pandemi ini tidak dikenakan biaya.
"Dia bukan orang Dinkes, agendanya pun ilegal. Tidak ada Dinkes melakukan penyemprotan disinfektan berbayar. Sejak awal gratis, termasuk untuk lingkungan masyarakat, tidak hanya instansi pemerintahan," kata Yusman saat dihubungi terpisah.
Yusman mengaku sudah berkoordinasi dengan instansi terkait, terutama polisi untuk menindak petugas gadungan tersebut. Ia mengimbau setiap instansi agar waspada dengan adanya oknum yang mengatasnamakan Dinkes menawarkan penyemprotan disinfektan berbayar.
"Sementara baru satu instansi yang kedatangan petugas gadungan atau ilegal tersebut. Tapi kami juga menanyakan ke yang lain apakah pernah didatangi orang yang sama atau tidak. Kami harap semua tetap waspada dan koordinasi jika ada yang mengatasnamakan Dinkes dengan modus seperti di UKK Imigrasi," tutur Yusman.
190 Anak di Jabar Terpapar Corona
Paparan virus Corona juga menjangkiti anak-anak di Jawa Barat. Data yang dihimpun dari Dinas Kesehatan Jawa Barat (Dinkes Jabar) sampai Senin (22/6/2020), tercatat total 190 kasus anak terinfeksi COVID-19 dari rentang usia 0 - 18 tahun.
Paling banyak kasus ini terjadi pada anak-anak usia sekolah yakni (6-18 tahun) yakni 131 kasus.
"Total positif usia sekolah laki-laki 62, perempuan 69 kasus. Usia paling muda 0-1 tahun sebanyak tujuh bayi laki-laki, dan 4 bayi perempuan," kata Kadinkes Jabar Berli Hamdani saat dihubungi wartawan.
Dari 190 kasus, tersebut 105 anak masih menjalani perawatan atau berstatus positif aktif. Mereka paling banyak datang dari kelompok usia sekolah, yakni sebanyak 80 anak. Berli mengatakan definisi anak tersebut mengacu kepada UU Perlindungan Anak yang menyatakan status anak-anak dari rentang usia 0 sampai 18 tahun.
Sementara itu jumlah pasien anak yang sembuh dari COVID-19, sebanyak 82 anak. Terdiri dari bayi 0-1 tahun L (laki-laki) =6, P (perempuan)= 2; Balita 1-5thn L=6, P=11; Pra-sekolah 5-6 tahun L=3, P = 5 ; Usia sekolah 6 - 18 tahun L=20, P=29 anak.
Dari jumlah 190 kasus, 3 orang anak meninggal dunia. "Terdiri dari balita satu orang perempuan, laki-laki usia sekolah dua orang. Total tiga yang meninggal," katanya.