New normal atau adaptasi kebiasaan baru (AKB) diberlakukan di 15 daerah Jawa Barat, hingga Gubernur Jabar Ridwan Kamil batal jadi Amirul Hajj karena pemerintah mengambil kebijakan tak ada pemberangkatan haji tahun 2020.
Selain dua ringkasan kabar tersebut, ada berita lain yang tak kalah menarik dari Jawa Barat. Apa saja?
1. Warga Dikagetkan Temuan Tas Berisi Kabel di Karawang
Sejumlah pedagang di Cikampek Selatan, Karawang, dikagetkan oleh tas mencurigakan. Sebab, dari tas hitam tersebut, terlihat kabel dan jam beker. Rupanya, setelah dicek tim penjinak bom Brimob Polda Jabar, tak ditemukan bahan peledak di benda tersebut.
"Hasil pemeriksaan jibom Brimob. Benda ini bukan bom atau bahan peledak. Hanya kabel dililit-lilit," kata Kapolres Karawang AKP Arif Rachmat Arifin kepada wartawan di lokasi kejadian, Selasa (2/6/2020).
Arif menuturkan, tim penjinak bom telah memeriksa benda tersebut secara seksama. Hasilnya, benda tersebut tidak berbahaya. "Tidak ada indikasi teror atau bahan peledak. Itu bisa saja bekas orang perbaiki listrik atau tukang listrik yang ketinggalan," ujar Arif.
Kehebohan itu bermula saat Rizky Fadillah (35), pedagang ayam bakar, menemukan tas berisi benda terlilit kabel di warung miliknya, Jalan Raya Cikampek, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Ia baru saja membuka warungnya tersebut.
Lantaran menganggap itu sebagai bom, Rizky ketakutan. "Saya kaget setelah lihat kabel dan jam itu, seperti penunjuk waktu. Dilihat-lihat, sepertinya bom. Makanya saya enggak berani pegang dan langsung laporan," tutur Rizky.
Akibat penemuan tas itu, sejumlah pedagang tak berani membuka warungnya. Petugas pun memasang garis polisi di sekitar warung. Sebagian ruas jalan sempat ditutup untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
2. Tahapan New Normal di Jabar
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Jabar (GTPP Jabar) Daud Achmad mengatakan penerapan new normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) akan dilaksanakan secara bertahap.
"Seperti yang dirilis pak gubernur, kabupaten-kota yang berada di level biru dan ada 15 kabupaten-kota yang masuk zona biru yang bisa melaksanakan AKB, dan 12 yang masih bisa melanjutkan PSBB. Kita memberikan kewenangan kepada daerah-daerah untuk melaksanakan AKB dengan kajian-kajian dari para ahli, baik ahli kesehatan dan ahli ekonomi," ujar Daud dalam telekonferensi pers dari Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (2/6/2020).
Daud mengatakan sesuai dengan arahan Gubernur Jabar Ridwan Kamil pada tahap pertama yang akan dibuka terlebih dahulu adalah tempat ibadah. Setelah itu, gugus tugas akan mengevaluasi dari segi sosial ekonominya.
"Setelah satu minggu oke, nanti kita ke industri dan perkantoran. Karena industri dan perkantoran ini dia punya yang besar kepada ekonomi, tapi risiko (penularannya) kecil," kata Daud.
Tahap ketiga, ujar Daud, yang dibuka dalam AKB adalah pusat perbelanjaan atau pertokoan. Ia menilai dampak ekonomi dari pertokoan tidak terlalu besar, namun risiko kesehatannya sangat tinggi.
"Baru ke wisata, kenapa wisata terakhir ? karena kita masih sulit membendung wisatawan yang datang dari zona merah," ujarnya.
Terkait instansi pendidikan, menurutnya saat ini masih dilakukan kajian oleh tim gugus tugas. Sementara ini, siswa belajar dari rumah (BDR). "Sekarang masih dikaji, ada kemungkinan pendidikan daring bisa sampai akhir tahun ini," ucap Daud.
3. Ridwan Kamil Batal Jadi Amirul Hajj
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta para calon jemaah haji yang batal berangkat tahun ini untuk bersabar. Ridwan Kamil pun tahun ini seharusnya menjadi Amirul Hajj.
"Luar biasa sedih, karena saya akan berangkat juga sebagai Amirul Hajj, lahir bathin sudah siap. Kalau tahun lalu Pak Uu, ternyata Allah mentakdirkan lain, saya tidak berangkat juga artinya seluruh rombongan haji Jawa Barat dengan berat hari kami sampaikan berita ini. Tapi bersyukurlah saat di atas dan bersabarlah saat di bawah," ucap pria yang akrab disapa Kang Emil saat ditemui di Makodam III Siliwangi, Jalan Aceh, Kota Bandung, Selasa (2/6/2020).
Kang Emil menilai batalnya pemberangkatan haji tahun ini sebagai bentuk ujian. Menurutnya, pemerintah Arab Saudi sudah menghitung potensi kerawanan saat COVID-19 masih mewabah.
"Kita sedang mendapatkan ujian, ini mengindikasikan pemerintah Arab Saudi menghitung betul ya potensi yang masih rawan jika jutaan manusia berkumpul, ini mengelola manajemen individu kesehatannya kan luar biasa," tutur Kang Emil.
Kang Emil menerima keputusan yang diambil pemerintah pusat melalui Kementerian Agama. Dia turut meminta para calon jemaah asal Jabar tetap bersabar.
"Jadi kami menerima keputusan itu dan memohon para jemaah haji yang tadinya sudah siap-siap, untuk bersabar. Insya Allah diganti tahun depan, mau geser ditambah satu tahun kuotanya kan dan kita lihat konsekuensinya terhadap biaya yang sudah dikeluarkan dan lain-lain, nanti kita akan dapatkan khusus saya kira itu juga," kata dia.
Seperti diketahui, Menteri Agama Fachrul Razi menyatakan pemerintah memutuskan tidak memberangkatkan calon jemaah haji 2020. Keputusan ini berlaku untuk seluruh warga negara Indonesia.
"Pemerintah memutuskan tidak memberangkatkan jamaah haji pada 2020 atau tahun 1441 Hijriah," kata Menag dalam jumpa pers yang disiarkan langsung melalui YouTube, Selasa (2/6/2020).
Sementara itu, di Jabar sendiri total ada 39 ribu calon jemaah yang sudah mendaftar batal berangkat tahun ini. Kabid Haji dan Umroh Kanwil Kemenag Jabar Ajam Mustazam mengatakan penundaan pemberangkatan ini di luar kehendak manusia. Pasalnya, pemerintah bertanggung jawab atas kenyamanan dan keamanan calon jemaah di tengah pandemi virus Corona.
"Jadi ini kan bukan kehendak kita, pada prinsipnya kami sudah siap dalam hal teknis. Tapi kan persoalannya menyangkut dua negara, Indonesia siap, tapi Arab Saudi belum siap. 39 ribu jemaah yang batal itu memang cukup banyak, karena kuotanya," kata Ajam saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (2/6/2020).
4. Angka Kehamilan di Cirebon Selama COVID-19 Meningkat
Selama pandemi Corona atau COVID-19 angka kehamilan di rumah sakit Ibu dan Anak (RSIA) Cahaya Bunda Kota Cirebon, Jawa Barat, meningkat. Work from home (WFH) atau bekerja dari rumah menjadi salah satu alasannya.
"Kalau secara keseluruhan di Kota Cirebon saya kurang tahu persis. Tapi, kalau untuk di rumah sakit kita ada peningkatan pasien kehamilan sekitar 10 persen selama pandemi dibandingkan biasanya," kata pemilik RSIA Cahaya Bunda Yasmin Dermawan saat ditemui detikcom di ruangannya, Selasa (2/6/2020).
Lebih lanjut, Yasmin mengatakan setiap bulannya ia mampu menangani sekitar 1.400 pasien per bulannya. Dari angka tersebut, lanjut Yasmin, sekitar 80 persennya merupakan pasien hamil.
"Dari 1.400 pasien ini, sekitar 80 persen atau 1.000 pasien yang hamil. Selama pandemi ada peningkatan 10 persen per bulannya, artinya ada penambahan 100 pasien hamil perbulannya. Jadi, totalnya ada 1.100 pasien hamil yang ditangani selama pandemi," papar Yasmin.
Yasmin mengatakan kebijakan WFH atau stay at home menjadi salah satu faktor melonjak pasien hamil di rumah sakit miliknya. Menurut Yasmin selama pandemi hubungan pasangan suami istri (pasutri) semakin meningkat.
"Ini terjadi pada pasutri baru, maupun pada pasangan yang sudah lama belum kehamilan. Saya punya pasien yang tujuh tahun baru hamil. Alhamdulillah dia hamil tanpa program, suaminya bekerja dari rumah," kata dokter spesialis kandungan itu.
Lebih lanjut, Yasmin menjelaskan tentang persiapan rumah sakitnya untuk menangani pasien positif COVID-19 yang hendak melahirkan, utamanya untuk persalinan secara normal. Yasmin mengaku saat ini sedang merancang kaca pembatas bagi pasien melahirkan yang terinfeksi COVID-19.
"Ya masih kita rancang alatnya. Kalau untuk yang pasien positif sesar, kita gunakan APD level 3. Kalau untuk pasien yang tidak positif (COVID-19), ya kita biasa saja. Tapi, tetap sesuai protokol kesehatan," ujar Yasmin.