Berdasarkan data yang dihimpun detikcom, di Kabupaten Cianjur pada 3 Mei lalu ada dua orang tenaga medis dan dokter positif corona. Kemudian pada 22 April, 51 nakes di Kota Bogor terindikasi positif melalui tes rapid yang kemudian saat ini sedang menjalani isolasi mandiri di sebuah hotel di Bogor.
Menanggapi hal tersebut, Ketua IDI Jawa Barat Eka Mulyana menilai ada beberapa faktor yang berpengaruh bagi tenaga medis sehingga dapat terinfeksi COVID-19 salah satunya APD yang kurang optimal.
"Alat pelindung diri (APD) yang optimal dilihat dari ketersediaannya maupun spesifikasinya. Bahkan banyak tenaga medis dan faskes yang masih harus mencari sendiri (APD)," kata Ade saat dihubungi, Selasa (12/5/2020).
Di sisi lain, tes skrining yang saat ini dilakukan pada masyarakat dalam bentuk tes rapid juga dianggap perlu dilakukan bagi tenaga medis. Dalam beberapa faskes sudah berjalan namun belum menyeluruh.
"Skrining juga diperlukan tenaga medis. Sehingga hanya tenaga kesehatan yang memenuhi syarat secara medis yang dapat menangani pasien-pasien COVID-19," tambahnya.
Eka juga mengusulkan agar alat pemeriksaan real-time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) tersedia cukup di fasilitas kesehatan sehingga hasil tes bisa lebih cepat diketahui dan kemungkinan terindikasi dapat dihindari atau bahkan tidak terjadi. (mud/mud)