Wali Kota Sukabumi Achmad Fahmi mengaku belum berencana untuk menghentikan aktivitas pertokoan di beberapa pusat keramaian. Menurutnya ada pertimbangan sosial yang harus dipikirkan selain menutup geliat ekonomi di kawasan tersebut.
"Penutupan (aktivitas pertokoan) secara total sejauh ini kita masih menghindari konflik sosial kemasyarakatan yang sangat mungkin timbul. Jadi kita lihat lagi evaluasi, intinya jadi PSBB itu pembatasan bukan penghentian," kata Fahmi kepada wartawan, Senin (11/5/2020).
Menurut Fahmi kondisi kawasan di Kota Sukabumi berbeda dengan daerah lainnya, dimana pusat keramaian tidak terpusat di satu kawasan. Sementara di Kota Sukabumi kondisinya terpusat di satu titik.
"Kemudian perlu saya sampaikan kawasan Kota Sukabumi itu berbeda dengan daerah lainnya. Kota Sukabumi itu yang namanya pusat bahan pokok, pangan, sandang (terpusat) di satu kawasan. Kalau daerah lain pasar baru (misalnya) hanya satu kawasan jual pakaian saja, pasarnya di tempat yang lain," jelas Fahmi.
Menurut Fahmi, kebijakan menutup sangat memungkinkan, namun semangat PSBB adalah pembatasan sosial.
"Ketika Plan (rencana) A B C ini kita lakukan kurang efektif kita akan melakukan rencana berikutnya. Kita tarik sebelumnya (penutupan) jam 4 kita tarik, apakah sampai jam 12 setengah hari, kita diskusi dulu dengan Muspida," ujarnya.
Sementara itu, rapid test yang dilakukan kepada warga dan pedagang di pusat keramaian Fahmi mengatakan hasil keseluruhannya negatif.
"Selama dua hari Sabtu dan Minggu rapid test secara masif sebanyak 205 unit kepada 116 warga kota lalu sisanya kepada warga di luar Kota Sukabumi hasilnya negatif. Target kita minimal 400 rapid test kepada warga di kawasan pasar itu," ujar Fahmi.
(sya/mso)