Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Kota Bandung turut berdampak bagi sopir angkutan kota (angkot). Mereka menjerit lantaran penumpang angkutan umum kini dibatasi hanya 50 persen.
Pembatasan angkutan umum ini juga tertuang dalam Peraturan Wali Kota Bandung (Perwal) Nomor 14 tahun 2020 tentang pelaksanaan PSBB. Pada Pasal 21 ayat 4 huruf a disebutkan bahwa kapasitas angkutan umum hanya 50 persen selama PSBB.
"Membatasi jumlah orang maksimal 50 persen dari kapasitas angkutan," bunyi pasal itu.
Aturan itu ternyata membuat sejumlah sopir angkot menjerit. Sebab, pendapatan mereka kian berkurang dengan adanya pembatasan ini.
Budiman (44) salah satunya. Sopir angkot jurusan Cicadas-Cibiru ini mengaku pendapatannya berkurang. Menurutnya, sejak diberlakukannya belajar dan bekerja di rumah pendapatannya berkurang drastis.
"Kita sejak 16 Maret (2020) sudah mulai turun. Ini ditambah sekarang dibatasi, semakin berkurang," ucap Budiman saat berbincang dengan detikcom di Bunderan Cibiru, Rabu (22/4/2020).
Budiman mengaku dalam satu hari, yang biasanya beberapa kali perjalanan pulang pergi, pendapatannya bisa dikatakan cukup. Namun saat ini, sekali perjalanan pulang pergi hanya dapat Rp 20 ribu.
"Ya sekarang dengan dibatasi, misalnya cuma lima penumpang, itupun ibaratnya satu penumpang ongkos lima ribu. Rp 25 ribu itu belum bensin dan sebagainya. Saya saja tadi pagi sekali jalan dapat Rp 20 ribu, dibeliin bensin ya habis. Belum kalau nunggu penumpang di sini harus beli kopi, bawa ke rumah juga bentrok harus bayar setoran juga. Jadi ya kadang-kadang kita juga ngutang," tutur warga Cibiru ini.
Menurut Budiman, armada angkot kini semakin menipis. Angkot jurusan Cicadas-Cibiru saja yang totalnya 200 unit, hanya beroperasi 30 unit.
"Ya bisa dihitung kalau sekarang. Dari 200 unit cuma 30 unit," kata dia.
Nasib mereka juga diperparah dengan minimnya bantuan dari pemerintah atau lembaga lainnya selama PSBB. Sejauh ini, mereka belum ada yang mendapat bantuan.
"Dibanding dengan ojol, sekarang justru bantuan lebih banyak ke ojol. Kalau kita ya hanya beberapa kali saja ketika di jalan dapat nasi kotak. Kalau bantuan ke ojol kan mereka ada yang datang, kita istilahnya ngemis minta bantuannya, begitu didatangi dibilangnya nggak ada jatah untuk sopir angkot," ucap Jay (50) sopir lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari Pertama PSBB di Bandung, Banyak Pemotor Boncengan:
(dir/mso)