Permintaan produk konveksi terus menurun imbas dari pandemi virus Corona. Berbagai cara dilakukan oleh para pengusaha konveksi agar usahanya tetap berjalan.
Salah satunya seperti yang dilakukan oleh pengusaha konveksi produsen produk lokal asal Kabupaten Bandung memilh untuk beralih memproduksi alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis.
Andri AB, pemilik konveksi menceritakan kekhawatiran pengusaha di tengah wabah Corona. Pasalnya permintaan produk konveksi buatannya terus mengalami penurunan.
"Sekarang permintaan untuk retail sangat menurun," ucap Andri AB saat ditemui di pabrik konveksinya, Kampung Tanjung, Desa Tanjung Sari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, Rabu (15/4/2020).
Dengan permintaan yang terus menurun, Andri khawatir dengan kondisi karyawannya. Kekhawatiran tersebut diperparah dengan banyaknya pabrik besar yang sudah merumahkan karyawan.
"Di mana perusahaan lain sudah merumahkan karyawannya, itu menjadi ketakutan juga, secara manusiawi bagi para pengusaha," tutur Andri.
Syukurnya, ia mendapatkan pesanan pembuatan baju hazmat dan masker. Andri mengatakan, APD yang ia produksi sudah sesuai dengan rekomendasi Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Dari awal kita sudah tahu bahwa anjuran WHO, Menteri Kesehatan, tenaga medis juga. (Baju hazmat) yang cocok digunakan tim medis adalah spunbond 75 gram, karena bahannya itu microfiber," kata Andri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuk! Belajar Cara Membuka Masker Kain yang Benar:
Dalam sehari, pabrik konveksinya dapat memproduksi sekitar 500 hingga 1000 baju hazmat. Kini ia sedang memproduksi baju hazmat yang dipesan oleh Dinas Kesehatan Sukabumi.
"Dinkes Sukabumi pesanannya hampir 1.000 baju hazmat," kata Andri.
Namun, bagi Andri, meskipun dirinya diuntungkan, tetapi melihat kondisi seperti ini ia pun merasa iba. Kerapkali ada permintaan dari komunitas, pecinta masjid dan komunitas sosial lainnya yang memesan melalui dirinya.
"Kalau untuk acara bantuan seperti komunitas begitu saya paling Rp 60 ribu, biasa kan harganya Rp 75 ribu. Kaya kemarin dari DKM masjid kami juga ngasih buat pelindung mereka waktu nyemprot disinfektan," kata Andri.
Andri menjelaskan, baju hazmat dari bahan spunbond hanya bisa digunakan sekali. Apabila sudah dipakai alangkah baiknya dibuang sesuai prosedur pembuangan limbah atau dibakar.
Ia pun tak memungkiri masih banyak konveksi yang membuat baju hazmat tidak sesuai dengan ketentuan WHO atau Kemenkes.
"Sekarang ini ada beberapa oknum yang memanfaatkan situasi ini dengan menggunakan spundbond tetapi dengan gramasi yang lebih tipis, 50 gram, pastinya itu akan tembus," ujar Andri.