Para tenaga medis saat ini menjadi 'pasukan khusus' untuk menangani pasien Corona. Tanpa rasa lelah dan takut mereka membantu para pasien agar bisa bangkit dan sembuh dari virus mematikan tersebut.
Beragam pengalaman dirasakan oleh para tenaga medis selama menangani pasien Corona. Meski memiliki resiko besar terpapar virus Corona, para tenaga medis tetap bersemangat memberi pelayanan kepada pasien.
Seperti pengalaman dari salah salah satu Perawat Kemuning (ruang isolasi COVID-19) RSHS, Angga Rachmat Soleh (33). Dia menceritakan berbagai hal tentang pengalamannya selama menangani pasien terpapar Corona.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisi saat pertama nerima pasien itu baru dari ruang isolasi. Jadi pasien yang saya terima itu menunggu hasil swab. Nunggu konfirmasi hasil. Setiap perawat tentu beda jam nerima pasiennya. Karena ini masuknya ruang tambahan dan saya ditugasin di tim COVID," cerita Angga belum lama ini.
Dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, Angga sendiri menerima pasien dari ruang isolasi. Tidak hanya merasa bangga menjadi bagian dari tim khusus, tetapi juga ada sedih karena harus menerima pasien baru.
"Tentunya ada bangga masuk tim COVID, kedua ada rasa sedih juga. Kita nerima pasien baru, berarti korban wabah nya bertambah," Kata Angga.
Angga dan perawat lain rata-rata menggunakan APD selama 2 hingga 2,5 jam dalam sekali melayani pasien. Meskipun dikerjakan secara bergiliran dengan tenaga medis lain, Angga mengaku menggunakan APD merupakan sebuah keharusan dibalik banyak pula rintanganya.
"Rasanya itu pengap, berkeringat banyak, resiko dehidrasi, kemudian hipoksia (kekurangan oksigen), rasa nya mau pingsan. Sempet khawatir juga tertular," kata dia.
"Ada SOP khususnya untuk pelepasan ada urutannya. Sebelum dilepas itu kita cuci tangan dulu, kita sambil melihat panduannya. Dan ditempatin di ruang khusus," tambahnya.
Bapak dari dua anak ini kini tinggal di Hotel Preanger yang disediakan oleh Pemprov Jawa Barat. Biasanya dia pulang ke keluarganya di Tasikmalaya dalam seminggu satu kali. Namun kali ini, dengan berat hati Angga harus menahan diri untuk pulang.
"Alhamdulillah sejak ada COVID mengkarantinakan diri karena khawatir ada paparan. Meskipun kami (perawat yang tinggal sementara di Hotel Preanger) telah melakukan rapid test sebelumnya," ujar Angga.
"Kalau misalkan itu kita menggunakan APD lengkap, kita tidak termasuk OPD, PDP, dan OTG. Jadi Insya Allah tidak akan terpapar jika menggunakan APD sesuai peruntukannya," tambahnya.
Prinsip APD Bagi Tenaga Medis: Memberikan Perlindungan-Nyaman:
Melihat stigma yang berkembang di masyarakat tentang tenaga medis yang pulang ke kampung halamannya membawa virus, Angga menilai wajar jika masyarakat merasa khawatir. Namun jangan sampai berlebihan.
"Kalau itu kan bentuk kekhawatiran masyarakat, jangankan masyarakat. Saya sendiri juga sebagai tim COVID merasa khawatir takutnya memaparkan," Kata Angga.
Untuk itu, dia menjelaskan, Tim Penanggulangan Pencegahan Infeksi (PPI) Rumah Sakit telah memberikan keterangan dalam COVID-19 ada tiga kategori yaitu PDP, ODP dan OTG.
"OTG itu orang yang kontak erat dengan positif tanpa APD lengkap. Tetapi petugas di ruang isolasi tidak termasuk semuanya karena menggunakan alat pelindung diri secara lengkap." Jelasnya.
"Ya tetep itu jaga jarak saja, untuk masyarakat. Boleh khawatir, takut, cemas. Tapi jangan sampai melebihi takutnya kepada Allah. Perawat itu jangan sampai hina." Katanya.
Pengalaman lainnya, dari teman sejawat Selvi Oktavia (35) wanita kelahiran Jakarta ini awalnya mengaku kaget mendengar pengumuman bahwa ruangan inap yang sudah dia tempati selama 14 tahun ini akan digunakan sebagai ruang penanganan Corona.
Namun meskipun begitu, Selvi mengatakan, pihak rumah sakit telah melakukan pelatihan-pelatihan yang memungkinkan terjadi kelebihan pasien.
"Sebelum kita terjun ke pasien biarpun kita basic (dasar) bedah tapi ada pelatihan sebelumnya seperti prosedur penerimaan pasien, pelayanan pasien, cara menggunakan APD nya, dan jalur keluar masuk nakes (tenaga kesehatan) darimana." Jelas Selvi.
Dia juga mengaku sempat merasa cemas, tapi berkat dukungan dari keluarga menjadi penyemangat Selvi selama menangani pasien virus Corona. "Sempat khawatir takut menularkan ke keluarga. Tapi saat ditugasin di Tim COVID-19 keluarga saya mengizinkan. Terlebih suami juga mendukung, karena punya pengalaman sebagai perawat," kata Selvi.
"Kita sudah pakai prosedur yang baik, melayani pasien sesuai dengan SPO (Standar Prosedur Operasional). Kebetulan di lantai tiga tempat saya bekerja khusus menangani pasien PDP." Ujarnya.
Selvi juga bercerita, kini dia tidak bisa lagi intens berhubungan dari jarak dekat dengan keluarganya yang tinggal di Cimahi. Untuk kebaikan bersama, seperti Angga, Selvi diinapkan di Hotel Preanger.
Terakhir dia mengatakan para tenaga medis berusaha sekuat mungkin untuk menjaga kesehatan mereka. Ditambah dukungan dari rumah sakit yang setiap hari menyediakan vitamin.
"Yang penting masyarakat jaga jarak, kalau keluar pakai masker dan selalu menjaga kebersihan tangan. Jangan takut pada tenaga kesehatan. Takut boleh, tapi sewajarnya saja," ujarnya.