Cerita Pelajar Bandung soal Penanganan Corona di Turki

Cerita Pelajar Bandung soal Penanganan Corona di Turki

Siti Fatimah - detikNews
Kamis, 26 Mar 2020 11:13 WIB
Verda Naufal Arista
Foto: Verda Naufal Arista (Istimewa).
Bandung -

Virus Corona telah menyebar ke berbagai negara termasuk Turki. Verda Naufal Arista salah satu siswa asal Kota Bandung yang mendapatkan beasiswa di Bursa, Turki sedikit berbagi kisah selama kehidupannya di negara tersebut di tengah ancaman virus Corona atau Covid-19.

Selama dua pekan terakhir, Verda mengaku menjalani pembelajaran dengan penuh rasa was-was. Namun dia tetap mengikuti kebijakan pemerintah Turki yang telah dikeluarkan saat ini.

"Sebenarnya Verda sudah diumumkan oleh Pemerintah Turki dari Kamis 18 Maret bahwa selama satu minggu libur dan satu minggu belajar online. Pemerintah Turki itu sangat baik dalam preventing karena pada hari diumumkan libur itu baru ada satu orang yang terinfeksi," kata Verda saat dihubungi detikcom, Kamis (26/3/2020).

Verda mengatakan, saat kebijakan dikeluarkan dia dan kawan-kawan lainnya tidak diperkenankan keluar kota. "Kartu pelajar disita dan jika tetap pergi ke luar negeri kita tidak boleh pulang lagi ke Turki. Tapi untungnya di sekolah sudah disemprot disinfektan sejak Jumat lalu," tutur Verda.

Laki-laki kelahiran Bandung ini bercerita mengenai sistem belajar online di tengah wabah Corona. Verda menjelaskan sama seperti di Indonesia, di Turki menggunakan aplikasi seperti bimbingan belajar lalu Pemerintah Turki memberikan kuota 3GB khusus untuk aplikasi tersebut.

"Verda akan menjalani pendidikan SMA di Turki selama empat tahun. Oh iya, jadi sekolah dasar di Turki itu empat tahun, SMP empat tahun dan SMA pun empat tahun. Jadi saya terpaksa mengulangi lagi kelas 9 di sini," katanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pangdam Jaya: Skenario Terburuk, Bisa 8.000 Positif Corona di DKI:

ADVERTISEMENT


Saat ini, Verda tengah mengikuti program untuk mendapatkan dua ijazah. Kedua ijazah itu untuk nasional (Turki) dan internasional yang dapat digunakan untuk melanjutkan kuliah di seluruh dunia. "Verda ingin berkuliah di Oxford University, itu adalah impian Verda semenjak kecil," ungkapnya.

Berbeda dengan negara lain yang menggunakan bahasa universal (bahasa Inggris), Verda bercerita bahwa di negara Turki setiap pelajar beasiswa diwajibkan belajar bahasa Turki dari nol.

"Semester pertama (empat bulan) saya diwajibkan belajar bahasa Turki dan memang membosankan sekali, struktur bahasanya sulit karena memiliki sufiks yang sangat banyak. Semester dua mulai seperti matematika, fisika, kimia dan lainnya." jelasnya.

Dalam satu kelas, dia mengatakan ada temannya yang berasal dari Bangladesh, Liberia, Ukraina, Albania, Kazakhstan, Mauritania, Burkina Faso, Uganda, Pantai Gading, Suriah dan India.

"Kalau dari Eropa biasanya cuman dari negara Balkan saja (Eropa Selatan) ada yang dari Kosovo, Makedonia, Yunani, Bulgaria, Bosnia, Austria dan ada satu orang dari Inggris." lanjut Verda.

Saat ini, ia bersekolah di SMA Imam Hatip yaitu sekolah yang dibuat oleh Turkiye Diyanet Vakfı (Kementrian Agama Turki). Dari lulusan sekolah ini, dapat menjadi imam dan khatib di masjid seluruh Turki. "Walaupun begitu, di sini tidak hanya belajar tentang agama saja tetapi seluruh pelajaran seperti di Indonesia," ujarnya.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads