Beredar kabar terkait adanya tiga pendeta yang meninggal dunia diduga terjangkit virus Corona usai mengikuti seminar di Kota Bogor. Pemerintah Kota Bogor meluruskan informasi yang belakangan menyebar lewat medsos dan pesan WhatsApp tersebut.
Kabag Humas dan Protokol Pemkot Bogor Rudiyana menjelaskan seorang pendeta yang meninggal dunia setelah mengikuti seminar di Kota Bogor didiagnosa terkena demam berdarah. Informasi itu didapat Pemkot Bogor dari pihak panitia seminar.
"Satu orang pendeta meninggal karena DBD dan sebelumnya rutin check up ke rumah sakit, jenazah langsung dimakamkan karena mengikuti aturan pemerintah agar tidak ada kumpulan masa. Mengingat jika pendeta meninggal pasti banyak yang akan datang," kata Rudi dalam keterangan persnya, Kamis (19/3/2020).
Sementara dua pendeta lain yang meninggal disebut Rudi berdasarkan informasi dari panitia disebut meninggal karena memiliki riwayat jantung dan kelelahan.
"Satu orang pendeta meninggal karena usia yang sudah tua, jenazah dikremasi atas permintaan keluarga. Kemudian satu orang pendeta lainnya meninggal karena kelelahan akibat terlalu di forsir pelayanan," sebut Rudi.
Sedangkan seorang pendeta lain yang dirawat di UGD salah satu rumahsakit, disebut Rudi memiliki riwayat sakit jantung dan tidak diisolasi seperti informasi yang beredar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Informasi pihak panitia, satu pendeta sedang dirawat tapi tidak diisolasi, beliau punya riwayat jantung dan sudah dibawa ke UGD rumah sakit," katanya.
"Seluruh panitia PST yang sempat bersinggungan dengan keempat pendeta itu dalam keadaan baik-baik saja. Rentan waktu dari PST sudah 3 minggu, sementara masa inkubasi 2 minggu," imbuh Rudi.
Seminar yang dimaksud, kata Rudi, sebenarnya merupakan kegiatan Persidangan Sinode Tahunan 2020 yang digelar di Hotel Aston, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor pada 26-29 Februari 2020 lalu.