Cerita Warga Bandung Barat yang Resah Keberadaan Bank Emok

Cerita Warga Bandung Barat yang Resah Keberadaan Bank Emok

Whisnu Pradana - detikNews
Rabu, 18 Mar 2020 15:08 WIB
Rentenir Online
Ilsutrasi rentenir (Foto: Tim Infografis Andhika Akbaransyah)
Padalarang -

Warga Kampung Kepuh, RT 02/11, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, resah dengan keberadaan bank emok di wilayah tempat tinggalnya.

Rohayati (47), warga setempat, mengatakan di wilayahnya ada beberapa ibu-ibu yang terjebak jerat bank emok setelah meminjam sejumlah uang, mulai dari Rp 1 juta hingga Rp 5 juta.

Bahkan dirinya pun sempat ditawari bank emok untuk mendapatkan pinjaman senilai Rp 3 juta. Namun ditolak lantaran takut tidak bisa membayar cicilan setiap bulannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Banyak di sini yang jadi korban bank emok. Alhamdulillah saya nggak termasuk. Memang pernah ditawarin pinjam Rp 3 juta, tapi saya mau bayar darimana, saya nggak kerja dan nggak punya penghasilan tetap. Kasihan warga lainnya, kalau bisa jangan ada bank emok di sini," kata Rohayati saat ditemui di kediamannya, Rabu (18/3/2020).

Ia menjadi saksi bagaimana ibu-ibu yang memiliki tunggakan ke bank emok kerap bersembunyi di sawah dan rumah-rumah warga lain yang sekiranya aman dari kejaran penagih yang datang setiap hari, antara pukul 09.00 sampai 11.00

ADVERTISEMENT

"Saya paling sering ditanya alamat sama penagih, biasanya jam 9 pagi sampai jam 11 datangnya. Bahkan malam-malam pernah digedor juga minta diantar ke rumah ibu-ibu yang pinjam uang dan belum bayar. Kebanyakan ibu-ibu sembunyinya di kebun atau pergi ke luar," katanya.

Tetangga sebelah rumahnya, saat ini terancam kehilangan rumah lantaran memiliki tunggakan yang harus dilunasi sampai Rp 20 juta dari pinjaman awal Rp 5 juta.

"Iya yang sebelah rumah saya ini sampai-sampai mau dijabel rumahnya, punya hutang padahal cuma Rp 20 juta. Dia itu pinjam uang ke bank emok nggak bilang suaminya, suaminya juga bingung mau bayar gimana," tuturnya.

Ketua RT 02, Asep Rohman, juga mengakui banyak warganya yang jadi korban bank emok. Berdasarkan sepengetahuannya, ada 8 warga yang memiliki hutang ke bank emok.

Warga tersebut beralasan meminjam uang ke bank emok untuk modal usaha atau biaya sekolah anaknya, namun penggunaannya justru untuk hal-hal tidak penting.

"Iya ada yang bilang buat sekolah atau buat usaha, tapi ternyata malah dipakai foya-foya. Itu pun mereka enggak bilang ke suami, jadi pas tidak bisa membayar dan bunganya makin besar lalu ditagih ke rumah, suaminya kaget. Setahu saya ada 8 orang, tapi mungkin lebih," kata Asep.

Kalaupun warga ingin menolak atau mengusir kehadiran bank emok, Asep meminta agar yang bersangkutan melunasi hutang-hutangnya terlebih dahulu.

"Bisa saja ditolak, tapi selama masih punya hutang ya nggak bisa. Selesaikan dulu kewajibannya, nanti malah saya yang disalahkan," tegasnya.

(mud/mud)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads