Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum mengetahui secara pasti penyebab longsor yang terjadi pinggir tol Purbaleunyi KM 118 tepatnya di Kampung Hegarmanah, Desa Sukatani, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat. Tim PVMBG masih melakukan kajian.
Penyidik Bumi pada PVMBG Anjar Heriwaseso menyatakan masih menganalisis untuk mengetahui penyebab utama longsor yang menimbun 10 rumah itu. Pihaknya telah memeriksa kondisi tanah hingga sistem saluran air yang ada di sekitar lokasi longsoran.
"Kami sudah melakukan pengecekan kondisi tanah, batu, kemudian ada struktur atau tidak, kita lihat sistem pengairan dan tata kelolanya seperti apa, setelah itu kita melakukan surface mapping menggunakan drone untuk mengetahui sebaran longsor, mekanisme longsor, sampai penyebabnya. Nanti kita bisa simpulkan pergerakan tanah yang terjadi," kata Anjar, saat ditemui di lokasi longsor, Kamis (13/2/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari hasil peninjauan yang dilakukan, pihaknya menemukan bahwa tanah di sekitar lokasi longsor jenuh air sehingga memiliki beban berat. Selain itu, kondisi lereng memiliki kemiringan hingga 25 derajat sehingga rawan terjadi pergerakan tanah.
"Tentunya gravitasi beban tanah itu sendiri sangat mudah terjadi longsoran. Tapi pastinya masih kami lakukan kajian," ucapnya.
Selain itu, dia juga mengungkap masih ada potensi longsor susulan dengan kondisi saat ini. Apalagi ada kolam air yang belum tertangani dengan baik.
"Sangat memungkinkan terjadi longsor susulan. Dengan kondisi di sini, secara sekaligus potensi longsorannya masih ada dan sangat mungkin terjadi. Di bawahnya masih ada kolam air yang belum ditangani dengan baik," katanya.
Menurutnya, apabila terjadi longsor susulan ruas Jalan Tol Purbaleunyi Km 118+600 bisa terkena dampak. Dia menyarankan agar tebing yang berada di lokasi longsoran bisa segera ditangani. Pasalnya melihat kondisi di area tebing pinggir tol masih banyak digenangi air termasuk di persawahan yang terdampak longsoran.
"Jadi air yang ada di situ harus keringkan dulu untuk menurunkan muka air tanah dan beban tanah itu sendiri. Kemudian harus membuat penguat lereng apakah dengan beronjong atau penguat lereng lainnya, lalu sebelah-sebelah sawah dibuat terasering untuk mengurangi kecuraman lereng," ujarnya.
(mso/mso)