Berdasarkan informasi yang dihimpun, rumah tidak layak huni itu ambruk pada Kamis (6/2/2020) dini hari, setelah diguyur hujan angin sejak Rabu malam.
"Kejadiannya Kamis dini hari, sebelumnya hujan deras serta angin kenancang. Rumahnya memang sudah rusak parah, dan memang kondisinya memprihatinkan. Pada akhirnya hujan semalam membuat rumah ambruk," ujar Rosid (70) kakak dari Abul Makbuli saat ditemui di lokasi, Kamis (6/2/2020).
Rosid mengatakan saat kejadian, adiknya yang hidup sendirian setelah ditinggal pergi istrinya itu tengah bekerja sebagai kuli bangunan ke luar kota.
"Iya untungnya sedang tidak di rumah, jadi tidak kenapa-kenapa. Sudah beberapa hari dia ikut kerja jadi kuli di Tangerang. Kalau sehari-harinya di rumah, biasanya jadi buruh tani," ujar Rosid.
Rosid mengaku sudah berusaha menghubungi adiknya untuk memberitahukan kondisi rumahnya. Rencananya Abul akan dibawa tinggal di rumahnya untuk sementara waktu.
Sementara itu, Niko Rastagil (28) tokoh pemuda Kampung Puncak Wang mengatakan, rumah tidak layak huni tersebut sudah pernah diajukan untuk mendapatkan bantuan rehabilitasi ke Pemerintah Kabupaten Cianjur.
Sayangnya usulan tersebut hingga saar saat ini belum ada realisasi bahkan belum ada kabar apakah akan mendapat bantuan atau tidak. Padahal kondisi rumah itu sudah sangat memprihatinkan dan mengancam penghuni rumah, lantaran bisa ambruk kapan saja.
"Benar saja kejadian hari ini, rumahnya ambruk. Untung saja bapak Abul nya sedang tidak di rumah," kata Niko.
Menurutnya, saat ini warga terus berupaya membereskan puing-puing rumah yang ambruk dan mengamankan barang berharga yang masih bisa digunakan.
Dia pun berharap Pemerintah Kabupaten Cianjur segera merespons dan memberikan bantuan pada warga tidak mampu di Kampung Puncak Wangi Desa Sukajaya Kecamatan Cugenang tersebut. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini