'Gentong' raksasa itu memiliki ketinggian lebih dari 5 meter. Diameternya mencapai 2 meter. Bahan dasarnya terbuat dari batu merah.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu Dedy S Musashi mengaku tengah berkoordinasi dengan Balai Arkeologi (Balar) Bandung dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Banten terkait penemuan tersebut. Pihaknya telah membuat pagar untuk mengamankan penemuan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dedy menyebutkan, menurut masyarakat sekitar, gentong tersebut difungsikan sebagai wadah bahan bakar minyak (BBM) pada era kolonial. Namun Dedy mengaku tidak menemukan bukti-bukti terkait penggunaan gentong tua itu sebagai tempat penyimpanan BBM.
"Kata masyarakat sekitar, sebagai penyimpanan BBM. Tapi tidak ada ceceran (BBM) atau sebagainya. Ya mungkin sudah dirusak. Kita perlu penelitian lanjutan," katanya.
Sebelumnya, Dedy mengaku mendapat info ada empat gentong yang berada di lokasi penemuan. Namun hanya satu gentong yang baru ditemukan. Ketiga gentong lainnya berada di dalam tanah, yang lokasi persis di dalam eks kantor Pegadaian.
"Menurut warga, ada tiga (gentong raksasa) lagi. Informasi tertimbun tanah, belum kami temukan," katanya.
Menurut informasi dari masyarakat setempat, dikatakan Dedy, gentong jumbo dikenal dengan sebutan 'kong' oleh masyarakat tempat. Namun Dedy mengaku tak tahu arti dari kata 'kong' itu.
"Infonya sudah ada sejak 1970-an. Kami coba gali di sekitar bangunan, namun tidak ditemukan apa-apa. Disebut dengan nama 'kong', tapi belum tahu maknanya apa," tutur Dedy.
Halaman 2 dari 2