Kejadian itu berlangsung di kawasan RW 6 Cipeuteuy Baru, Kelurahan Situ, Kecamatan Sumedang Utara, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Edi Jubaedi (56), selaku Ketua RT 4, menjelaskan artesis tersebut dibangun pada Agustus 2019 dan selesai di pertengahan Desember 2019.
Memiliki kedalaman 125 meter, sumur artesis ini mampu menampung debit air dua liter per detik. Air di tampung melalui tandon air berkapasitas 5.300 liter per 30 menit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah selesai dibangun dan mulai dimanfaatkan, warga mulai merasakan bahwa air yang mereka gunakan itu asin. Mengetahui air artesis asin, Edi langsung menghubungi pihak Badan Geologi. Lalu disarankan untuk uji lab di Geologi Bandung.
"Hasil uji lab yang keluar tanggal 16 Januari kemarin, bahwa airnya memang rasa asin, jernih, dengan pH 7. Menurut Geologi, pH ini sangat bagus karena memilih pH tinggi," kata Edi saat ditemui di lokasi air artesis, Cipeuteuy Baru, Kabupaten Sumedang, Jumat (17/1/2020).
Awal dibangunnya sumur artesis ini, sambung dia, karena warga sering dilanda kekeringan setiap musim kemarau. Warga yang tidak berlangganan PDAM hanya mengandalkan sumur gali untuk mendapatkan air bersih.
"Tiap kemarau itu, untuk mandi saja kami harus beli air galon. Jadi dibangunnya sumur artesis ini bertujuan sebagai sumber air bagi warga, khususnya saat kemarau," tutur Edi.
Air sumur artesis ini sebelumnya digunakan warga untuk kebutuhan minum, mandi dan mencuci. Edi berharap ada solusi untuk mengatasi air artesis ini sehingga dapat kembali digunakan warga.
"Harapan kami warga di sini, airnya bisa dikonsumsi, khususnya warga RT 4 dengan total 116 Kepala keluarga. Kalau airnya bagus, nantinya bisa untuk satu RW," ujar Edi.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini