Lantai Tiba-tiba Retak, Siswa dan Guru di SDN 10 Cibadak Sukabumi Panik

Lantai Tiba-tiba Retak, Siswa dan Guru di SDN 10 Cibadak Sukabumi Panik

Syahdan Alamsyah - detikNews
Jumat, 10 Jan 2020 20:53 WIB
Foto: Lantai di salah kelas SDN 10 Cibadak, Sukabumi alami retak (Syahdan Alamsyah/detikcom).
Sukabumi - Sebanyak tiga ruangan di SDN Cibadak, Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi mengalami sejumlah kerusakan. Lantai dan dinding mengalami retak diduga akibat adanya pergerakan tanah di lokasi tersebut.

Bahkan, siswa dan guru dikejutkan dengan retaknya bagian lantai di ruang kelas IIB, Jumat (10/1/2020) sekitar pukul 09.30 WIB. Kejadian tersebut membuat para siswa dan guru yang berada dalam kelas itu panik dan langsung berlarian keluar.

Pantauan detikcom retakan itu terlihat di bagian lantai merambat hingga ke dinding. Sejumlah keramik di ruangan kelas terangkat. Selain itu retakan juga ditemukan di dekat selokan di halaman kelas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Getaran juga dirasakan siswa yang berada di ruang kelas lainnya. Guru awalnya menduga terjadi gempa bumi, namun melihat dampak dari getaran itu diduga terjadi pergeseran tanah di sekolah mereka.

"Pas kejadian saya ada di ruang kelas, sedang memberi nilai. Sebagian siswa ada yang duduk di kursi, sebagian lagi dekat dengan saya. Tiba-tiba terasa getaran, kursi dan meja terangkat naik pertama saya langsung peringatkan anak-anak supaya keluar dari ruangan," kata Maman Sulaeman, guru sekolah kepada wartawan.

Maman mengaku mendengar langsung suara berderak saat kondisi lantai retak, ia bahkan mengaku merinding saat melihat dan merasakan secara langsung situasi tersebut.

"Saya perhatikan ternyata keramik juga naik retakan itu merembet sampai ke pintu, dinding juga retak-retak. Saya sampai terloncat dari kursi, pikiran saya pertama yang penting anak-anak keluar dari ruangan kelas. Saya lihat sekitar ternyata ruang guru juga ada yang retak," tutur Maman.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN 10 Cibadak, Epi Mulyadi menyebut kerusakan akibat retakan itu awalnya sudah terdeteksi sejak Desember tahun lalu. Namun saat itu pihak sekolah mengira itu hanya kerusakan biasa.

"Saat itu sempat mengira amblas tanah biasa lalu kerusakan, kita perbaiki saja ruang kelas V. Kondisi saat itu sedang libur sekolah, hanya pas kejadian tadi kebetulan diketahui langsung oleh siswa dan guru yang merasakan dan melihat kejadian," ungkap Epi.


Saat pertama terjadi Epi memang sudah curiga karena kondisi retakan membuat keramik mencuat ke atas. "Saya sudah aneh, keramik muncul ke atas. Saat itu saya dapat telepon dari guru katanya keramik ancur semua," tandas Epi. (sya/mso)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads