"Namanya edukasi pastinya ada yang gagal dan berhasil. Gagalnya juga bisa macam-macam. Mati karena teu kaparaban (enggak dikasih makan) atau dimakan tikus tadi. Hal itu hal biasa saya kira," kata Oded usai menghadiri Rakorda PKS Kota Bandung di Hotel Asrilia, Minggu (5/1/2020).
Untuk diketahui, pada November 2019 Pemkot Bandung memulai program bagi-bagi anak ayam atau chickenisasi pada pelajar SD dan SMP. Program tersebut merupakan bentuk edukasi sekaligus mencegah ketergantungan gadget di kalangan pelajar Kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena memang endingnya adalah edukasi kepada anak-anak. Nanti kan ketahuan, dari 2.000 berapa persen yang gagal. Gagalnya apa saja ini jadi bahan evaluasi. Jadi itu hal biasa saja," katanya.
Dalam kesempatan itu, dia mengungkapkan, matinya anak ayam karena dimakan tikus bukan hanya menjadi tantangan para siswa. Para pengusaha atau peternak ayam juga kerap mendapat tantangan serupa.
"Punteun tong waka barudak (maaf jangankan anak-anak), para pengusaha ayam juga salah satu persoalannya itu adalah hama tikus. Ayam masih kecil, tikus makan juga. Tapi no problem, enggak masalah. Berjalan natural saja," ucapnya.
Oded juga menambahkan, sejumlah anak ayam yang mati itu kini sudah diganti. "Sudah diganti. Justru akan ketahuan anak-anak seperti apa," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, program bagi-bagi anak ayam kepada pelajar SD dan SMP di Kota Bandung sudah berjalan, kurang lebih dua bulan kurang. Ribuan ekor anak ayam dibagikan kepada para siswa demi mencegah ketergantungan terhadap gadget.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar menuturkan, sejauh ini program bagi-bagi anak ayam berjalan cukup baik. Pertumbuhan anak ayam yang dipelihara juga terpantau cukup menggembirakan.
"Pertumbuhan (anak ayam yang dipelihara siswa) selama sebulan ini rata-rata 350-400 gram dari bobot awal sekitar 39-48 gram," katanya, melalui pesan singkat (3/1/2019).
Meski begitu, dia mengakui terdapat sejumlah anak ayam yang mati. Namun anak ayam itu mati bukan karena salah pola pemeliharaan atau terkena penyakit, melainkan dimakan oleh kucing dan tikus.
"Kalau dari tingkat kematian masih di bawah ambang toleransi kurang dari 10 persen dan itupun bukan disebabkan karena penyakit atau pemeliharaan. Tetapi karena dimakan predator seperti kucing atau tikus," ucapnya.
Tonton juga Wali Kota Oded Terharu Kang Uha Masuk Gorong-gorong: Luar Biasa :
(mso/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini