Sekadar diketahui, tahap pertama sebanyak 2.000 ekor anak ayam dibagikan Pemkot Bandung kepada para siswa demi mencegah ketergantungan terhadap gadget. Kepala Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Bandung Gin Gin Ginanjar mengakui soal kabar sejumlah anak ayam yang mati.
Ia menegaskan anak ayam itu mati bukan karena salah pola pemeliharaan atau terkena penyakit, melainkan dimakan oleh kucing dan tikus."Kalau dari tingkat kematian masih di bawah ambang toleransi kurang dari 10 persen dan itu pun bukan disebabkan karena penyakit atau pemeliharaan. Tetapi karena dimakan predator seperti kucing atau tikus," kata Gin Gin melalui pesan singkat, Jumat (3/1/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Gin Gin, anak ayam yang mati dimakan kucing atau tikus itu masih berusia kurang dari satu bulan. Pihaknya langsung mengganti anak ayam yang mati tersebut.
"Beberapa yang mati karena predator dan masih usia di bawah satu bulan," katanya.
Gin Gin mengklaim program chickenisasi sudah berjalan cukup baik. Ia menyampaikan soal perkembangan pertumbuhan anak ayam yang dipelihara bocah SD dan SMP.
"Pertumbuhan (anak ayam yang dipelihara siswa) selama sebulan ini rata-rata 350-400 gram dari bobot awal sekitar 39-48 gram," Gingin menjelaskan.
Pihaknya masih terus memantau jalannya program chickenisasi. Selain itu, Dispangtan Bandung tengah menyusun laporan detail untuk melihat progres dari program tersebut.
"Data rinci sedang dipersiapkan, karena masih berproses," ujar Gin Gin. (mso/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini