Hari Kedua Banjir, Pelajar di Dayeuhkolot Masih Naik Perahu ke Sekolah

Hari Kedua Banjir, Pelajar di Dayeuhkolot Masih Naik Perahu ke Sekolah

Wisma Putra - detikNews
Kamis, 19 Des 2019 08:16 WIB
Foto: Wisma Putra
Kabupaten Bandung - Banjir yang menggenangi pemukiman di Desa/Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat akibat luapan Sungai Citarum mulai menyusut. Meski begitu, beberapa ruas jalan tetap harus dilalui dengan naik perahu.

Pantauan detikcom, Kamis (19/12/2019), sekitar Pukul 08.00 WIB ketinggian air di permukiman kini dari mulai mata kaki hingga pinggang orang dewasa. Sebelumnya, pada titik terdalam ketinggian air hampir mencapai atap rumah.

"Air sudah surut, kamari ketinggian mencapai sekitar satu meter setengah, sekarang tinggal setengah meter," kata Abi Jaya (45) kepada detikcom.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abi menyebut, ia tidak mengungsi karena memiliki rumah lantai dua. Ia saat ini sedang membersihkan teras rumahnya dari endapan lumpur yang terbawa banjir.

"Lagi bersih-bersih ini. Kemarin air turun pas malam," ujarnya.

Sementara itu, Kapolsek Dayeuhkolot Kompol Sudrajat mengatakan, tidak ada genangan di Jalan Raya Dayeukolot, banjir sudah menyusut dan tinggal di pemukiman.

"Kalau di jalan raya sudah tidak ada, tinggal di pemukiman ya sekitar 40 centimeter sampai setengah meteran," ujarnya via sambungan telepon.

Sementara itu Kepala Desa Dayeukolot Yayan Setiana berujar, genangan air di depan kantor desa sudah surut.

"Sudah surut, sekarang sedang bersih-bersih, tinggal di pemukiman di belakang sekitar setengah meter," katanya.

Sementara itu, di Kampung Bojongasih, Desa/Kecamatan Dayeuhkolot, pelajar yang hendak berangkat ke sekolah harus menaiki perahu.

Pantauan detikcom, Kamis (19/12/2019) sejumlah anak sekolah yang sekolahnya diungsikan ke Kantor Desa Dayeukolot karena terendam banjir harus menaiki perahu terobos banjir. Ada juga yang berjalan kaki.

"Siswa SD harus menaiki perahu untuk sampai ke sekolahnya," kata Acim (30) warga Dayeuhkolot.

Ia menyebut, hal tersebut sudah biasa bila banjir melanda pemukiman Desa Dayeukolot. "Sudah bisa kalau gini, mereka harus naik perahu untuk belajar di pengungsian. Ini sudah biasa sudah 13 tahun," sebutnya.

Acim menuturkan, warga meminta dibangunkan pintu air dan folder air di kawasan Dayeuhkolot.

"Warga meminta dibangunkan pintu dan folder air buat menampung air. Itu bisa menjadi solusi selain Curug Jompong," ujarnya.

Acim menambahkan, seperti di Bojongcitepus dan Parunghalang memiliki pintu dan folder air. "Di sana sudah ada pintu dan folder air, yang tadinya banjir tiga meter kalau ada banjir besar seperti ini paling satu meter, setidaknya kalau ada folder air tidak seperti parah seperti ini, saya harap pemerintah membuat itu," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
(ern/ern)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads