"Istri saya mengadu melihat orang besar. Saya bilang jangan takut sepanjang tidak mengganggu," kata Misono.
Menurut Misono, hal itu terjadi saat malam pertama jenglot dibawa ke rumahnya. Menjelang tengah malam, istri Misono terjaga dari tidurnya karena kebelet buang air. Saat hendak masuk WC, dia kaget bukan kepalang karena melihat sosok hitam tinggi-besar di dapur rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Akhirnya saya sarankan agar jenglot itu diserahkan kepada Pak Ade, sesepuh atau orang pintar di Kecamatan Patimuan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah," kata Nana saat ditemui di rumah Masino, Kamis (12/12/2019).
Nana percaya menyimpan jenglot butuh keahlian khusus karena harus tahu cara merawatnya. Jika tidak, dikhawatirkan akan membawa dampak buruk bagi yang menyimpannya.
"Katanya ini sejenis genderuwo. Rupanya pun memang menyeramkan. Menurut Pak Ade, jenglot itu bertuah untuk urusan 'kadugalan' atau untuk keperluan bertarung. Ya semacam ilmu kebal," kata Nana.
Meski sudah diserahkan ke Pak Ade di Cilacap, kabar temuan jenglot membuat warga kampung sekitar dan juga luar kota penasaran.
"Sejak penemuan jenglot itu, banyak yang berdatangan atau menghubungi sekadar mengkonfirmasi. Ya saya jawab, benar, silakan saja dilihat sendiri," kata Kepala Desa Bagolo, Rahman Hidayat.
Beberapa dari orang yang datang itu sempat menyatakan minat untuk membawa benda itu. "Saya bilang ya silakan temui langsung orang yang menemukan, lalu temui juga sesepuh yang kini merawatnya. Dari Jakarta, Bandung, Karawang banyak yang datang. Tapi soal penawaran dengan harga fantastis, belum ada," katanya menepis isu jenglot itu ditawar orang Rp 1 miliar.
Rahman sendiri mengaku langsung menerima laporan penemuan itu sejak warga heboh. "Tapi saya tidak sempat melihatnya. Karena keburu dibawa ke Cilacap," ujar Rahman.
Lebih lanjut Rahman menjelaskan di desanya memang banyak lokasi atau situs yang kerap dikunjungi orang-orang luar untuk melakukan ritual mistis atau pertapaan. Di antaranya Gua Pabokongan, Gua Lalay, Gua Dompet, situs Batu Kasur, Muara Bagolo, dan lain-lain.
"Kami tidak mempermasalahkan, silakan saja sepanjang tidak mengganggu keamanan dan ketertiban. Paling tidak kehadiran para pengunjung itu membantu perekonomian warga. Mereka yang datang tentu melakukan aktivitas ekonomi. Entah itu jajan atau berbelanja kebutuhan," kata Rahman.
Pemerintah Desa melakukan pemantauan dengan menyimpan buku tamu yang dipegang oleh kuncen masing-masing situs atau pertapaan tersebut. Dengan demikian, identitas orang yang datang bisa diketahui.
"Soalnya di sini pernah kejadian. Awalnya hendak bertapa, pura-pura meminjam sepeda motor kuncen. Eh tahunya malah dibawa kabur. Itu sudah terjadi dua kali," kata Rahman.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini