Kisah Saepudin bermula pada 1994. Saat itu ia mengajar di SDN Mekarjaya, Kecamatan Bojongpicung. Dua tahun mengajar, gejala gangguan mata mulai ia rasakan pada 1997. Tekadnya yang kuat tidak menyurutkan keinginan mengajar walau hanya bergaji Rp 100 ribu per bulan.
"Profesi guru itu sangat mulia, ditambah memang sudah menjadi cita-cita saya sejak kecil. Walau gaji hanya Rp 100 ribu, saya cukup-cukupkan. Untuk menambal kebutuhan dapur, saya berjualan balon," tutur Saepudin sambil jari tangannya menggenggam erat sandaran kursi roda saat berbincang dengan detikcom, Jumat (29/11/2019).
"Saya tidak malu, kadang bertemu murid saat berjualan. Mereka kaget pak gurunya jualan balon. Tapi nggak ada masalah, saya tidak berkecil hati karena niatnya untuk tambal gaji bulanan," ujarnya.