Arkeolog Universitas Indonesia (UI) Agus Aris Munandar mengatakan perlu adanya kajian lanjutan untuk memastikan apakah batu yang ditemukan di Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, tersebut ialah bangunan candi Buddha atau bukan. Ia menilai batu yang ditemukan itu dari segi ukuran memang mirip dengan batu bata kuno.
"Bata itu harus dicek lagi, ukurannya mirip bata kuno. Kemudian bandingkan bata Juntinyuat dengan bata Trowulan dan Batujaya. Dari bahannya, teknik pembuatan, pembakaran, susunan dalam struktur. Jadi tak hanya kemiripan ukuran," kata Aris kepada detikcom melalui pesan singkat, Kamis (31/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekadar diketahui, situs Trowulan merupakan jejak peninggalan Majapahit yang berada di Mojokerto, Jawa Timur. Sedangkan situs Batujaya berada di Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Aris menyebut perlu penelitian mendetail terkait penemuan batu bata di Kabupaten Indramayu.
Terlebih lagi, lanjut dia, dari sekian banyak batu bata yang ditemukan, baru ada satu batu bata yang memiliki goresan 'telapak kaki anjing'. "Bisa saja bata baru. Bisa struktur baru zaman Belanda atau zaman belakangan ini. Soal telapak kaki hewan, jika hanya satu, belum banyak tafsir yang mengemuka," tutur Aris.
Selain penelitian mendetil terkait struktur batu bata, Aris juga menyebutkan perlu adanya kajian tentang kondisi lingkungan sekitar. Ia mengaku tidak dapat menjelaskan secara rinci lantaran belum meninjau langsung penemuan batu bata yang diduga bagian dari bangunan candi Buddha.
Batu bata merah yang diduga bagian bangunan candi itu ditemukan di Desa Sambimaya, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu Dedy S Musashi membenarkan adanya temuan itu. Ia menjelaskan penemuan bangunan yang diduga candi itu ditemukan oleh salah seorang polisi dan komunitas Karuhun Nusantara, Minggu (27/10/2019).
"Batu bata merah ukuran 20x20 sentimeter, diduga bagian dari struktur bangunan candi Buddha. Ada goresan telapak kaki anjing. Telapak kaki hewan ini biasanya sebagai penanda batas wilayah, batas pengembaraan seorang Buddhis," tutur Dedy saat dihubungi detikcom Senin (28/10). (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini