Rumah yang berada di lereng bukit itu memiliki dinding yang retak menganga. Agar temboknya tak roboh, ia menopangnya dengan menggunakan dua bilah bambu.
"Sebelumnya retakan itu kecil, tapi pas ada gempa Banten beberapa bulan lalu jadi semakin parah. Saya khawatir kalau dinding ini ambruk," ujar Amin saat ditemui di rumahnya, Senin (21/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengaku selalu khawatir ketika malam. Oleh karena itu ia selalu terjaga sepanjang malam apalagi jika dibarengi hujan deras. "Kalau siang ya mungkin lebih aman, soalnya anak-anak sekolah. Yang khawatir itu kalau malam, takutnya tertimpa juga," katanya.
Keadaan tersebut, tak hanya dialami oleh Amin. Rumah tetangganya, Mak Enah juga retak dan bahkan roboh di bagian belakangnya. Beruntung, nenek itu dipindahkan ke panti jompo oleh pengurus RT.
"Di sini memang rawan pergerakan tanah, apalagi pas musim hujan. Bisa jadi longsor. Rumah yang paling ujung dan posisinya di lereng cuma rumah saya dan Mak Enah, tetangga yang rumahnya sudah ambruk," ujarnya.
![]() |
"Anak saya ada tiga, kerja saya serabutan. Kadang jadi kuli bangunan. Ya uangnya cukup buat makan aja, buat bayar sekolah anak juga susah," ujarnya.
Ia mengaku, rumah itu milik kakaknya. Oleh karena itu, ia tak bisa mendapatkan bantuan dari dinas. "Memang ini bukan rumah saya pribadi, tapi rumah milik kakak. Jadi kemarin ada dinas ke sini bilang enggak bisa dapat bantuan, karena terkendala status itu," katanya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cimahi Nandang mengatakan, akan memeriksa kondisi tanah yang diprediksi labil itu. "Kita akan periksa dulu," ujarnya.
Tonton video Angin Kencang Melanda Batu, Satu Orang Tewas:
(tro/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini