Linda (45), warga RT 4 mengatakan, aktivitas pengeboman untuk pembuatan tunnel 11 itu membuat dinding rumahnya retak-retak. Retakan paling parah terlihat di kamar mandinya. Cahaya matahari bahkan menyelinap dari retakan yang menganga itu.
"Kalau tidak salah seminggu yang lalu, ketika saya mandi. Ada suara ledakan diikuti getaran, tak lama kemudian setelah keluar muncul retakan itu," kata Linda saat ditemui detikcom, Jumat (18/10/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Linda, dinding yang retak itu pernah diperbaiki dua kali oleh suaminya. Namun, karena pengeboman susulan retakan itu kembali muncul. "Saya punya anak, khawatir kalau sampai menimpa anak saya. Sekali lagi ada ledakan mungkin bisa roboh," ucapnya.
Keresahan juga diungkapkan oleh Heru Agam (49), perlengkapan tukang yang berada di rumahnya berjatuhan menyusul suara dentuman keras. "Sekitar tiga minggu ke belakang ada pengebomannya, tapi yang paling terasa hari ketiga," katanya.
![]() |
Jarak antara mulut tunnel 11 dengan kompleks tersebut berkisar 1 kilometer. Kendati demikian, getaran dari pengeboman berdampak ke 120 rumah dengan 500 jiwa yang berada di kaki Gunung Bohong itu.
"Tahun 2016 datang dengan kesepakatan dibor, tapi tiba-tiba tahun 2019 saat pengerjaan ada pengeboman. Padahal tidak ada kesepakatan seperti itu," kata Ahmad.
Pihaknya pun pernah berembuk dengan pihak proyek disaksikan aparat setempat pascapengeboman, namun tak kunjung mendapatkan hasil yang diharapkan.
"Pengembang hanya bilang mau dibayar berapa untuk rumah rusak dan jiwa yang hilang? Ini kan nyawa, enggak bisa diganti dengan uang, katanya mau dihentikan, tapi kemarin memaksa untuk mengebom lagi," ucapnya.
Banyak aduan dari warga kepadanya, keresahan warga makin bertambah setelah ada berita hujan batu di Plered Purwakarta. Apalagi dari data BPBD yang didapatkannya, kawasan Padalarang rentan pergerakan tanah.
"Jarak pengeboman satu kilometer saja sudah begini, kalau terowongan dikerjakan nanti akan melewati rumah warga, tak terbayang dampaknya, khawatir batu jatuh atau rumah warga roboh," tuturnya.
"Kami tidak menghalangi proyek pemerintah, tapi lebih baik pengerjaan ini disetop dulu sampai Amdalnya selesai. Pilihan lainnya warga harus direlokasi," ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Desa Laksanamekar Kohar Muzzakar pernah menghimpun warga dan perwakilan PT Dahana dan PT Crec selaku pelaksana pembangunan tunnel kereta cepat.
"Yang hadir hanya perwakilan, itu pun tidak bisa memberikan keputusan apapun. Jadi nanti PT Crec yang mengundang warga," ujarnya.
Dari hasil pertemuan itu, sampai ada keputusan akhir, kata Kohar, pihak pengembang diminta warga untuk tak melanjutkan pembangunan terlebih dahulu sampai ada kajian Amdal yang mendalam.
"Memang ada perwakilan KCIC (Kereta Cepat Indonesia China) yang meminta untuk progres dilanjutkan, tapi saya minta jangan sampai menggugurkan kesepakatan awal," ucapnya.
detikcom melakukan konfimasi melalui pesan singkat maupun telepon pada Juru Bicara KCIC Denny Yusdiana, namun hingga pukul 21.00 WIB tidak ada jawaban.
"Yang hadir hanya perwakilan, itu pun tidak bisa memberikan keputusan apapun. Jadi nanti PT Crec yang mengundang warga," ujarnya.
Dari hasil pertemuan itu, sampai ada keputusan akhir, kata Kohar, pihak pengembang diminta warga untuk tak melanjutkan pembangunan terlebih dahulu sampai ada kajian Amdal yang mendalam.
"Memang ada perwakilan KCIC (Kereta Cepat Indonesia China) yang meminta untuk progres dilanjutkan, tapi saya minta jangan sampai menggugurkan kesepakatan awal," ucapnya.
detikcom melakukan konfimasi melalui pesan singkat maupun telepon pada Juru Bicara KCIC Denny Yusdiana, namun hingga pukul 21.00 WIB tidak ada jawaban.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini