Berdasarkan hasil pemeriksaan di RSUD Palabuhanratu, keracunan massal itu akibat bakteri 'spiral' yang dikenal dengan nama Kampilobakter. "Hasil pemeriksaan mikroskopik sementara, keracunan dipicu bakteri berbentuk spiral yang disebut Kampilobakter. Terkait dari makanan atau air, itu masih didalami dan nanti pihak Dinas Kesehatan yang lebih berkompeten menerangkan," kata Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi kepada detikcom, Selasa (17/9/2019).
Catatan yang diterima polisi, bakteri tersebut diketahui lebih cepat berkembang dalam suhu yang panas atau musim kemarau seperti saat ini. Gejala yang dialami warga mirip dengan sifat khas bakteri ketika menjangkiti seseorang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Soal tersangka dalam insiden keracunan massal, polisi masih menunggu keterangan lengkap pemeriksaan laboratorium. Sejauh ini, menurut Nasriadi, pihaknya belum menemukan unsur kesengajaan atau kelalaian dalam peristiwa tersebut.
"Kita duga pemicunya kan hidangan yang disajikan dalam acara natus. Pihak keluarga juga mengalami gejala yang sama dan mereka juga mendapat penanganan medis intensif. Masih kita kembangkan dan perdalam lagi penyelidikannya," ujar Nasriadi.
Diberitakan sebelumnya, dua orang, Rendi (9) dan Dewi Agung (37), tewas setelah mengkonsumsi makanan dari acara tahlilan 100 harian atau natus di Kecamatan Bantargadung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Total jumlah korban yang mengalami keracunan sebanyak 170 orang. Mereka dirawat di dua rumah sakit berbeda. Pemkab Sukabumi telah menetapkan kejadian luar biasa untuk peristiwa tersebut. (sya/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini