Karena hari Senin, setelah menyimpan tas, ratusan siswa di sekolah ini langsung bergegas ke lapangan untuk mengikuti upacara bendera. Karena tidak memiliki lapangan sendiri, siswa SDN Tanjung Biru harus menggelar upacara di kebun bambu milik warga.
Lahan sekolah yang ukurannya tidak terlalu besar hanya dijadikan sebagai ruangan belajar, perpustakaan, dan ruang guru. Tidak ada halaman di sekolah itu, sehingga para siswa harus berjalan sekitar 200 meter ke kebun bambu untuk upacara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para siswa dan guru mengikuti upacara tanpa prosesi pengibaran bendera Merah-Putih. Sebab, tak ada tiang yang biasa digunakan untuk mengibarkan bendera. Sebagai gantinya, bendera sudah terpasang langsung di tiang bambu dengan penyangga ember bekas cat. Meski begitu, prosesi penghormatan bendera Merah-Putih dengan diiringi lagu Indonesia Raya tetap dilakukan.
Upacara ini dipimpin langsung Kepala SDN Tanjung Biru Solehudin. Kepada detikcom, pria yang karib disapa Soleh ini mengatakan siswanya harus melaksanakan upacara di kebun bambu karena tidak memiliki lapangan upacara. Untuk itu, pihak sekolah menyewa kebun bambu kepada warga.
"Sekalipun sesederhana ini, upacara tetap dilaksanakan dan ini lapangan sebetulnya milik tetangga sekolah atau warga. Kami menyewa per tahun Rp 1 juta," katanya.
Soleh mengatakan SDN Tanjung Biru ini sudah ada sejak 1987. Menurutnya, pada tahun 2000-an, SDN Tanjung Biru memiliki lapangan upacara sendiri, namun kini tak ada karena lahannya dipakai untuk membangun gedung perpustakaan yang berasal dari bantuan pemerintah.
Sejak 2010, pihak sekolah pun menyewa lahan kebun bambu milik warga sebagai tempat upacara sekaligus lapangan olahraga. Pihak sekolah tidak menata kebun bambu dan memasang tiang bendera permanen karena lahan tersebut milik warga.
"Kalau lahan ditata, (lahan) ini milik warga, hanya pemelihara saja, parit-paritnya atau saluran air yang ada di kebun bambu ini. Kalau musim hujan, ini kan air tumpah, kadang-kadang tidak bisa dipakai," ucapnya.
Meski harus melaksanakan upacara di kebun bambu, para siswa tetap antusias dan bersemangat. "Tetap antusias, antusiasme cukup baik, wajar kalau ada keluhan. Meski harus upacara di tempat ini, mereka tetap bersemangat," ujarnya.
![]() |
Salah satu alternatifnya, kata Soleh, ada sebidang tanah milik warga tepat di belakang sekolah yang akan dijual. "Sampai saat ini belum ada pembahasan. Kami sudah ngobrol-ngobrol dengan Pak Korwil, katanya tidak ada program bantuan untuk pembelian tanah," ujarnya.
"Harapannya ada program untuk pembelian tahan, supaya ada lapangan yang baik. Ada yang mau menjual seluas 1.400 meter persegi tepat di belakang sekolah ini," ujar Soleh. (tro/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini