Tukik yang dilepaskan berjenis penyu hijau berusia 4 bulan. Anak-anak penyu tersebut berasal dari terlur-telur yang diselamatkan nelayan dan BKSDA di Pantai Pangandaran beberapa bulan sebelumnya.
"Dari telur hingga menetas itu 52 hari, dan hanya setengahnya saja telur yang berhasil menetas. Dari menetas hingga siap dilepaskan waktunya 4 hingga 6 bulan," kata Giwang kepada detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain intensitas bertelur yang menurun, menurut Giwang, kasus-kasus penemuan bangkai penyu juga semakin sering terjadi.
"Tahun lalu di Pantai Madasari saja belasan (bangkai penyu). Tahun ini baru satu kasus di Pantai Batukaras," kata dia.
Penyu-penyu yang mati, kata Giwang, diduga terjerat alat tangkap ikan yang tidak ramah lingkungan.
Di penangkaran KPBL Pantai Batuhiu, menurut Giwang, dipelihara beberapa ekor penyu dari proses penyelamatan, terutama yang diserahkan nelayan. Penyu-penyu tersebut, kata dia, dimanfaatkan untuk penelitian dan wisata edukasi.
"Kita sekarang punya enam penyu hijau dan tiga penyu sisik. Tapi mereka masih muda, jadi belum bisa kawin dan bertelur," ujar Giwang.
Ia menggambarkan, penyu sisik bisa kawin dan bertelur di usia 17 tahun. Sementara penyu hijau dan tempayan, baru bisa kawin dan bertelur setelah berusia 30 tahun.
Simak juga video "Dulu Memburu, Kini Jadi Pelestari Penyu" :
(tro/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini