Anggota Komite Badan Pengatur Hilir (BPH) Minyak dan Gas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM Saryono Hadiwidjoyo menyebutkan sumur bor yang dibangun tersebut untuk menjawab pemenuhan kebutuhan air bersih bagi daerah yang mengalami kekeringan.
"Di wilayah Cianjur kita membangun sebanyak enam titik untuk daerah kekeringan dan memang sulit untuk mendapatkan suplai air bersih. Dalam hal ini kami juga mendapat dukungan dari Komisi VII DPR RI sebagai mitra kerja," kata Saryono.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembangunan sumur bor dengan kedalaman 125 meter itu berhasil mengeluarkan air dengan kapasitas debit air sekitar dua liter per detiknya. Kualitas airnya layak dikonsumsi.
"Tadi kita lihat sama-sama, kualitas airnya seperti apa. Jernih dan tidak bau sehingga layak dikonsumsi, bisa segera dimanfaatkan oleh warga setempat," ucapnya.
Secara nasional, pada 2019, Kementerian ESDM melalui Badan Geologi menargetkan pembangunan sebanyak 650 unit sumur bor yang akan disebar di 33 provinsi dan 312 kabupaten/kota dan 6 di antaranya berada di wilayah Cianjur.
"Sampai dengan akhir tahun 2018 kemarin kita sudah berhasil membangun sebanyak 2.288 titik sumur bor dengan kapasitas debit air bersih 144,4 juta liter per tahunnya. Air bersih itu melayani sebanyak 6,6 juta jiwa penduduk di Indonesia," ujar Saryono.
Pembuatan Pipanisasi
Kepala Desa Girimulya Dadin mengungkapkan dalam waktu dekat ini pihaknya akan membuat jaringan pipanisasi untuk mengalirkan air dari sumur bor ke rumah-rumah warga.
"Dikelola nanti ke depan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, karena selama ini seringkali terjadi kekeringan. Makanya hasil musdes kemarin tahun 2020 kita akan pasang pipanisasi dengan sistem meteran ke rumah-rumah warga atau 1.000 KK di desa kami," kata Dadin.
Sepanjang dilanda kekeringan, Desa Girimulya sudah biasa langganan menerima bantuan air bersih dari BPBD Cianjur. Setelah pemasangan sumur bor ini, suplai dari BPBD akan dihentikan dan dialihkan ke wilayah lain.
"Selama ini kami langganan suplai air bersih dari BPBD untuk bertani saja kita sistemnya tadah hujan. Makanya mayoritas di desa kami memilih bertanam palawija dibandingkan pertanian ketika musim kemarau. Saat ini saja ada sebanyak 128 hektare sawah petani yang kering," tutur Dadin. (sya/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini