Pihak sivitas akademika ITB mengaku kaget dengan kabar MA yang tewas gantung diri di tempat kosnya di daerah Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Selasa (3/9) sore. Pihak kampus tak menyangka MA di usianya yang terbilang masih muda nekat mengambil jalan pintas.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum Alumni dan Komunikasi ITB Miming Miharja mengatakan MA merupakan salah satu mahasiswa yang berprestasi. Bahkan nilai IPK mahasiswa S2 ITB itu 3,88.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Miming mengatakan MA bukanlah orang baru di lingkungan kampus ITB. Saat menempuh pendidikan S1, MA juga mengambil jurusan sama di ITB.
Menurut Miming, prestasi MA muncul sebelum di bangku perkuliahan. Bahkan sepengetahuannya, MA pernah mendapatkan beasiswa dari Turki.
"Almarhum itu sejak SD atau SMP pernah menjadi juara Olimpiade IPA, lalu mendapat beasiswa ke Turki, lalu sekolah menjadi sarjana di teknik elektro pun lulus tepat waktu," kata dia.
Karena itu, Miming menduga depresi yang dialami MA sebelum gantung diri bukan masalah di perkuliahan. Miming tak mengetahui ada masalah apa yang membuat MA nekat gantung diri.
"Jadi dalam konteks kinerja belajar, mestinya tidak ada (indikasi depresi) belajar, karena baik-baik saja ya," ucapnya.
Sementara itu, Kasubbag Humas dan Protokoler Rumah Sakit Hasan Sadikin, Reny Meisubburiyani, mengatakan jenazah MA sudah dipulangkan ke kampung halamannya di Sukoharjo, Jawa Tengah.
"Pada hari ini pukul 04.30 WIB jenazah diambil menggunakan ambulans ITB menuju Jawa Tengah," kata Reny saat dihubungi. (dir/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini