"Sebagai arsitek saya melihat desain dan asumsi kota baru banyak hal-hal kurang tepat. Asumsinya lahannya terlalu luas, 200 ribu hektar untuk 1,5 juta penduduk, menurut saya boros lahannya," kata RK saat ditemui di Gedung DPRD Jabar, Kota Bandung, Senin (26/8/2019).
Menurutnya pemerintah pusat harus belajar dari kegagalan beberapa negara dalam membangun ibu kota baru. Ia mencontohkan ibu kota Brazil (Brasilia) dan Myanmar (Naypyidaw).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menilai yang perlu ditiru dalam penataan ibu kota baru yaitu Washington DC (Amerika Serikat). Jumlah penduduk yang mencapai 700 ribu jiwa hanya membutuhkan lahan seluas 17 ribu hektar.
"Kalau mau contoh baik tirulah Washington DC cukup dengan 17 ribu lahan untuk 700 ribu orang, dengan kota padat, bisa jalan kaki nyaman, jangan mengulangi kesalahan segala harus lahan luas," tutur pria yang karib disapa Emil ini.
Baca juga: RI Mulai Pindah Ibu Kota di 2024 |
Dia mengatakan dengan wilayah yang terlalu luas berdampak terhadap besarnya beban biaya pembangunan. Sebab, dibutuhkan infrastruktur jalan dan trotoar yang lebih luas untuk aksesibilitas penduduknya.
"Manusia di kota butuh jarak dekat bukan jauh, semua konsepnya harus jarak jauh konsekuensinya mahal infrastruktur. Berarti trotoar harus lebih panjang, jalan banyak juga," ujar RK.
Ibu Kota Pindah ke Kaltim, Bagaimana Nasib Jakarta?:
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini