Dalam wadah itu, Uteng tak hanya menghidupkan kembali permainan anak dengan membuat alat permainannya, namun juga mengemasnya menjadi sebuah tontonan yang menarik.
Beberapa waktu lalu, sekumpulan anak terlihat asyik bermain di sanggar Kalasar, yang terletak di RT 3 RW 4, Desa Langensari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Anak-anak sekarang sudah jarang memainkan permainan tradisional. Sekarang senangnya bermain gawai. Karena itu, saya terpikir untuk menghidupkan kembali permainan tradisional Sunda," kata Uteng saat ditemui detikcom di kediamannya beberapa waktu lalu.
![]() |
"Waktu saya pindah ke sini, kira-kira tahun 2006-2007, saya lihat anak-anak main gatrik, egrang, dan kaulinan barudak yang lain. Dari situ saya berpikir, bisa atau nggak permainan anak ini dikemas menjadi sesuatu yang menarik," kata Uteng, yang biasa disapa Abah Akung.
Pria yang sempat menjadi guru honorer itu juga mengajari anak-anak memainkan alat musik tradisional, seperti toleat, karinding, celempung, dan alat musik lainnya.
![]() |
"Kemudian ada panggilan ke kafe atau restoran. Malah sampai sekarang juga masih suka main di restoran Sunda yang ada di Parongpong. Lumayan buat bekal dan jajan anak-anak," ujarnya.
"Penontonnya ada dari Singapura, Malaysia, Thailand. Pertunjukan kami juga jadi momen untuk mengenalkan seni dan permainan tradisional Sunda, kadang turis itu tertarik dan ingin membeli alat permainannya," kata Uteng.
Uteng berharap kesenian dan permainan tradisional Sunda bisa terus bertahan di tengah arus modernisasi yang serbadigital. Selain itu, permainan tradisional memberikan pelajaran bagi kehidupan anak-anak kelak.
"Oleh karena itu, anak-anak harus dikenalkan. Kalau tidak, seni dan kaulinan barudak akan dilupakan dan akhirnya menghilang," katanya. (tro/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini