Hal ini memaksa para pemetik teh di sana menggunakan masker, kacamata, dan sarung tangan untuk melaksanakan aktivitas hariannya sejak erupsi 26 Juli 2019.
Perkebunan PTPN VIII berada kurang-lebih 4 kilometer dari Kawah Ratu Gunung Tangkuban Perahu, yang terus-menerus mengalami erupsi hingga saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan detikcom, abu vulkanik terlihat jelas pada dedaunan teh. Intensitasnya beragam, semakin mendekat ke arah gunung, abu semakin tebal. Abu juga terlihat menyebar di jalanan area perkebunan.
"Teh yang di sini juga harus dicuci terlebih dahulu di pabrik. Kalau teh tidak dicuci dulu, baunya sangat menyengat saat disangrai, bau belerang," ujar Syaefulloh.
Ia mengatakan produksi teh di pabrik teh Sukawana pun dihentikan operasinya sementara. Pasalnya, teh tersebut akan diproses lebih lanjut di pabrik teh Ciater, Kabupaten Subang.
Menurutnya, intensitas abu paling banyak terlihat saat erupsi pada Juli 2019. "Warga dan pemetik juga mulai mengeluhkan ada yang batuk, gatal, dan iritasi mata. Makanya kami dianjurkan memakai sarung tangan, masker, dan kacamata," ujarnya.
Abu vulkanik juga tak hanya menyebar di perkebunan teh, tapi juga tertiup ke rerumputan untuk ternak. Salah seorang pencari pakan ternak, Yuyun (51), mengatakan harus mencuci rumput yang dibawanya.
"Memang abu tak sampai ke permukiman warga, tapi banyak warga yang kena dampak, apalagi untuk yang beraktivitas di sekitar area perkebunan. Kebanyakan mengeluhkan batuk dan gatal," kata Yuyun.
PVMBG: Status Gunung Tangkuban Perahu Masih Tinggi (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini