Wajar saja, karena Gerindra-PKS merupakan koalisi pengusung Sudrajat-Ahmad Syaikhu, yang menjadi lawan politik RK-Uu di Pilgub Jabar 2018. Pada kontestasi Pilpres 2019, Gerindra-PKS juga jadi kubu lawan koalisi pengusung RK-Uu.
Menurutnya, ada dua kemungkinan yang terjadi dengan dominasi Gerindra-PKS saat ini. Pertama, Gerindra-PKS akan menunjukkan tajinya dengan mengkritisi pemerintahan atau sebaliknya justru 'sepakat' dengan berkompromi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan, apabila opsi kompromi yang dipilih, akan sangat berisiko bagi kader-kader Gerindra-PKS di Jabar. Pasalnya, sambung dia, sikap tersebut akan menjadi citra negatif di masyarakat karena tidak menjalankan tugasnya sebagai pengawas pemerintah.
"Tapi sebenarnya yang diharapkan dengan komposisi seperti itu akan makin dinamis. Karena dalam politik lebih dipicu ketakutan kehilangan kekuasaan, dukungan. Itu mendorong mereka. Kalau adem ayem akan hilang (dukungan)," ungkap dia.
Ia memprediksi Gerindra-PKS akan memilih menjadi pengkritik pemerintah. Sebab, sambung dia, kedua partai tersebut juga tidak ingin kehilangan dukungan yang diraihnya susah payah dalam beberapa tahun terakhir di Jabar.
Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, DPRD Jabar selalu dipegang oleh PDIP. Gerindra-PKS tentu tidak ingin keberhasilan menduduki kursi pimpinan saat ini direbut kembali parpol lain pada periode selanjutnya.
"Persentasenya 60 persen kritis, 40 persen adem ayem. Karena dua kekuatan pimpinan akan signifikan bertahan di Jabar. Banyak kader Gerindra-PKS bilang boleh kalah di nasional namun tidak di Jabar," ujar Karim.
Tonton video Rachmawati Soekarnoputri Tegaskan Gerindra Masih Oposisi:
(mud/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini