Kapolres Sukabumi AKBP Nasriadi menyebut peledakan yang dilakukan perusahaan tersebut menimbulkan getaran hingga merusak rumah-rumah warga di sekitar area tambang.
"Kami mendapat informasi ledakan yang dilakukan PT TSS berdampak pada warga di sekitar lokasi tambang. Warga mengklaim ledakan mengakibatkan rumah-rumah retak dan sumber air kering," kata Nasriadi kepada detikcom melalui sambungan telepon, Senin (12/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Warga Menyesal Tanda Tangani Amdal Tambang Semen di Sukabumi
Nasriadi mengatakan sudah mengecek langsung lokasi tambang yang berada di area PT Semen Jawa, Siam Cement Grup (SCG), tersebut pada Sabtu (10/8/2019). Uji ledakan dilakukan hari ini.
"Saya sudah cek kawasan tambang. Hari ini kita akan lakukan uji ledakan. Seluruh bahan yang digunakan, lokasi, dan kedalaman harus sama agar tim yang kita sertakan dalam pengecekan ini bisa merasakan langsung dampak dari ledakan tersebut," lanjut Nasriadi.
Selain memeriksa dokumen izin ledak, kepolisian akan memeriksa aktivitas CSR yang dilakukan PT TSS.
"Kami akan periksa penggunaan handak atau bahan peledak. Selain itu, kami akan cek apakah ada kesepakatan yang dibuat sebelumnya antara warga dan PT TSS berikut pemberian CSR selama beberapa tahun terakhir," tandas dia.
Soal keluhan warga mengenai bangunan rumah yang retak dan sumber air yang menjadi kering pernah diangkat redaksi pada September 2018. Krisis air bersih mulai dirasakan warga ketika eksploitasi bahan tambang semen dimulai sekitar 2 tahun lalu.
"Air sudah jelas hilang. Dari 17 mata air, hanya 1 yang tersisa. Beberapa waktu lalu terjadi peledakan di area tambang yang hanya berjarak 1,5-2 kilometer dari perkampungan. Ada getaran sampai rumah retak. Kami datangi ke area tambang dan minta mereka berhenti," tutur Oon, warga di Kampung Leuwidinding, RT 5 RW 1, Desa Tanjungsari, Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, September tahun lalu. (sya/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini