Tangannya cekatan membawa ranjang plastik berisi ikan yang telah direbus dengan campuran garam. Dengan teliti dia menjemur satu persatu ikan dari keranjang ke atas anyaman bilah bambu.
Pria itu bernama Lalu Pahrudin (45). Ia adalah buruh pembuat ikan asin yang digaji sesuai pesanan pembeli. Dari 1 kilogram ikan asin yang terjual dia bisa mendapatkan rejeki sebesar Rp 1.500.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hari ini Lalu kerja hanya berdua target produksinya sebanyak 700 kilogram, lama proses pembuatan 2 hari. "Sekarang tinggal tunggu sampai kering, setelah kering baru dijual ke toko," ungkap dia.
Lalu sendiri kurang mengetahui berapa pemilik pengasinan menjual ke toko karena harga tergantung jenis ikan yang dijual. "Ikan itu kan beda, ada ikan asin lisong, temang, rebon, pepetek beda jenis beda harga jual ke toko-toko ada yang sampai Rp 40 ribu satu kilonya," sambung dia.
Proses pembuatan ikan asin dalam jumlah banyak terbilang cukup sulit. Ikan-ikan dibersihkan lalu direndam menggunakan air garam selama beberapa jam setelah itu direbus sampai matang lalu dikeringkan.
Proses pembuatan ikan asin lumayan menguras energi dan memakan waktu yang cukup lama. "Kalau kami tidak ada pilihan lain, yang penting kan halal. Kalau ikan sulit kami nganggur, banyakin bon ke warung ngutang lah istilahnya setelah ada kerjaan bayar utang gali lobang tutup lobang" ujarnya seraya terkekeh.
Konotasi negatif soal bau Ikan Asin sempat mencuat ketika perseteruan yang berujung kasus hukum menjerat Galih Ginanjar yang mengumbar masa lalu sang istri Fairuz A Rafiq ke publik melalui akun youtube Rey Utami dan Pablo Benua.
Meskipun begitu, rasa ikan asin Palabuhanratu tidak "sebau" ketika proses pembuatannya dan penjualannya. Rasa lezat gurih dan nikmat menyergap ketika disandingkan dengan nasi hangat dan sambal "dadak" selain itu ikan asin ini akan terasa renyah ketika digoreng hingga benar-benar kering.
(sya/mud)