Kisah Herry, Tukang Ojek Khusus Lelaki di Bandung dengan Ongkos Seikhlasnya

Kisah Herry, Tukang Ojek Khusus Lelaki di Bandung dengan Ongkos Seikhlasnya

Dony Indra Ramadhan - detikNews
Kamis, 11 Jul 2019 15:08 WIB
Foto: Dony Indra Ramadhan
Bandung - Jasa ojek pangkalan (opang) maupun ojek online (ojol) kini menjadi salahsatu moda transportasi favorit untuk menembus kemacaten di Kota Bandung. Keberadaanya sangat mudah ditemui. Namun jasa ojek yang satu ini berbeda dari ojek-ojek yang lain.

Herry Prihamdani, membuka jasa ojek khusus lelaki dengan ongkos seikhlasnya. Pekerjaan ini dilakoni Herry baru sebulan, sejak dia memutuskan pulang ke Bandung setelah beberapa tahun bekerja di Jakarta.

Di Bandung, Herry perlu memulainya dari awal. Dia sempat membuka usaha sepatu namun usahanya tak berjalan lancar. Herry sempat ingin bekerja di perusahaan namun dia berkaca diri usianya tak lagi muda. Herry perlu memutar otak untuk bisa menafkahi istrinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akhirnya memiliki ide untuk bekerja sebagai ojek online. Herry berusaha mendaftar ke beberapa perusahaan ojek online namun sayang usahanya buntu lantaran pendaftaran untuk sopir ojek online baru sudah ditutup.

"Kita sebagai laki-laki harus menafkahi istri, itu sudah kewajiban. Akhirnya saya berpikir, kenapa misalkan kita tidak menciptakan saja yang sesuai keinginan kita. Kita bukan perusahaan yang harus ada aturan. Akhirnya saya coba bikin ini (ojek lelaki). Itu Allah yang berikan idenya," ucap Herry saat berbincang dengan detikcom di Masjid Pusdai, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Kamis (11/7/2019).

Herry awalnya menyadari bila menjadi sopir ojek, mau tak mau bisa saja mendapatkan penumpang perempuan. Namun Herry enggan pekerjaannya itu di luar syariat Islam. Sebab dalam syariat Islam, lelaki tidak boleh ada dalam satu ruangan berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya.

Herry tak langsung melakoni pekerjaannya. Dia mencari-cari dahulu syariat Islam terkait pekerjaan yang hendak dijalaninya. Termasuk masalah pembayaran juga.

"Akhirnya saya putuskan untuk hanya bawa penumpang ikhwan (lelaki). Saya juga ngeliat dulu syariatnya, sistemnya seperti apa, tujuan itu bagaimana apakah dikomersilkan atau bagaimana," tutur Herry.

Tekad Herry makin kuat saat mendapatkan sebuah pengalaman. Herry bercerita saat itu ada seorang temannya yang sudah absen beberapa kali ikut kajian agama. Herry lantas bertanya langsung alasan temannya itu. Jawaban temannya membuat Herry tersentuh, sebab temannya itu menyebut tak ikut kajian karena tak punya ongkos untuk bayar transportasi.

Cerita lainnya, Herry pernah bertemu dengan anak sekolahan yang sedang beristirahat di pinggir jalan. Saat disapa, anak tersebut bilang kalau dia berjalan kaki dari sekolahnya di Buahbatu ke rumahnya di Antapani. Si anak, kata Herry, setiap hari memang berjalan karena kondisi keuangan keluarganya yang tak mampu.

"Dari situ, saya berpikir kok nggak dibantu saja. Saat itu Allah menunjukkan jika ada beberapa orang yang butuh bantuan sekalian saya cari nafkah. Banyak orang di jalan butuh bantuan. Tapi secara tidak langsung mereka berusaha tetap melakukan sendiri," ucap Herry.
Kisah Herry, Tukang Ojek Khusus Lelaki di Bandung dengan Ongkos SeikhlasnyaFoto: Dony Indra Ramadhan

Sejak itulah, bermodalkan motor matic, Herry mulai menjalani pekerjaannya. Selain mengantar orang, Herry juga kerap mendapat pesanan untuk mengantar barang. Herry membatasi barang yang dibawa bukanlah barang haram.

Herry memang tak mematok harga atas jasa pengantarannya itu. Dia memang menerima seikhlasnya saja. Namun bagi para penumpangnya, Herry selalu menanyakan terlebih dahulu berapa biaya yang dipunya.

"Kalau seikhlasnya tidak sesuai syariat agama namanya goror. Jadi jangan seperti membeli kucing dalam karung. Jadi saya tanya dulu yang mau pake tenaga saya mau ke mana. Misalkan dari Dago mau ke Buahbatu, saya bilang maaf ini budgetnya berapa biar jelas dulu. Kalau bilang nggak punya (budget) harus bilang dari awal. Kalau nggak punya pun tetap saya antar. Saya seperti itu supaya penumpangnya nanti ketika naik, nggak punya pikiran 'duh harus bayar berapa ya'. Jadi supaya penumpangnya juga tenang," tutur Herry.

"Kalau untuk kiriman barang, misalnya katering kirim ke beberapa alamat rumah, dari awal sudah bilang, per jarak atau bagaimana. Kalau memang mau per kilometer atau sekaligus juga nggak masalah. Atau ada orang tua anaknya mau les, hari ini pegang sekian, besok di bayarnya ya tidak apa-apa," kata Herry menambahkan.

Herry menambahkan dia menggunakan sistem bayar seikhlasnya ini juga sebagai motivasi tersendiri.

"Kalau digratiskan nanti mentang-mentang gratis saya seenaknya, ngebut lah atau apa. Dengan seikhlasnya minimal jadi pengingat saya," kata Herry.

Herry memulai aktivitasnya sejak pukul 07.00 WIB. Awalnya dia mengantar kiriman barang lalu nongkrong di daerah sekolahan di Buahbatu. Siangnya Herry nongkrong di kawasan ITB atau masjid Pusdai. Malamnya, bila ada kajian Herry berhenti dahulu barulah usai kajian Herry membuka lagi jasanya sekalian pulang ke rumahnya daerah Margahayu.

"Sehari itu kadang lima kadang tiga. Itupun kadang di jam-jam tertentu," kata Herry.


(dir/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads