"Iya kalau musim kemarau air memang menyusut, sekitar dua minggu ke belakang mulai terasa dampaknya," kata Dede Tarsa, warga setempat saat ditemui di Kampung Cijanggel, Rabu (10/7/2019).
Air di hulu Sungai Cijanggel dimanfaatkan oleh lebih dari 20 perusahaan/instansi. Diantaranya PDAM Tirta Raharja (KBB, Kab Bandung, Cimahi), PT PMgS (KBB), dan PDAM Tirta Wening (Kota Bandung).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom pun mencoba menelusuri aliran Sungai Cijanggel pada Rabu (10/7/2019). Dimulai dari Kampung Cijanggel hingga Curug Tilu. Saluran irigasi warga terlihat kering sehingga tampak bebatuan cadas di dasarnya. Penyusutan terlihat saat pintu air yang menjadi pemisah antara saluran irigasi dan Sungai Cimahi.
Air tak naik ke saluran irigasi, lantaran penyusutan. Terlihat pipa sambungan air secara serampangan terpasang di sepanjang aliran sungai. Dari informasi yang dihimpun detikcom, sebagian pipa itu terintegrasi ke dalam intake-intake yang digunakan untuk kepentingan berbagai pihak dan sebagian dikomersilkan.
"Ini airnya mulai berkurang, kalau musim hujan airnya bisa lebih deras lagi," katanya.
![]() |
Inen (59), warga Kampung Cijanggel, Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, beberapa tahun lalu warga sekitar masih bisa merasakan limpahan air di Sungai Cijanggel. Warga bahkan kerap mandi di sungai tersebut.
"Sekarang air itu harus beli, buat pemasangan PAM air ke rumah saja perlu lebih dari Rp 1 juta. Kalau mau pasang pipa sendiri dari atas, biayanya pasti lebih besar dan repot," kata Inen.
![]() |
Meskipun sungai mengering, Inen mengaku masih bisa memperoleh air kendati debitnya tak berlimpah. "Buat sehari-hari dan buat mengairi kebun masih ada air, tapi sekarang sedikit. Airnya itu dari orang yang pasang PDAM," ucapnya.
Simak Juga 'Bendung Lekopancing Kering, Warga Maros Terancam Krisis Air':
(tro/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini