Tapi, nyatanya permainan katapel belum punah. Sekelompok orang masih melestarikannya hingga saat ini. Salah satu cara melalui kompetisi bertajuk The Indonesia Open Catapult 2019 di Bandung.
Puluhan peserta dari berbagai wilayah mengikuti kompetisi katapel ini. Bahkan, bocah berusia tujuh tahun juga ikut bertanding dalam kompetisi perdana ini. Sebagai peserta termuda, Farghani, penuh percaya diri bersaing dengan orang dewasa lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebelum ikut kompetisi ini, Farghani berlatih terlebih dahulu dengan sang ayah yang juga turun dalam pertandingan. Dalam kompetisi ini, sang ayah kalah oleh Farghani, lantaran seluruh tembakannya meleset dari target.
"Tadi lawan bapak juga. Aku kena satu, bapak enggak ada yang kena. Sebelum tanding aku juga latihan dulu sama bapak," kata Farghani di sela-sela kompetisi di GOR Scudeto, Jalan Binong, Kota Bandung, Minggu (23/6/2019).
Kegemarannya bermain katapel sudah berlangsung sejak usia dini. Ia bersama teman-temannya masih sering bermain ketapel ketimbang bermain game online yang ada di smartphone dan komputer.
"Udah lama main katapel dari kecil. Permainannya lebih seru. Biasanya main sama teman-teman nembak kaleng," ucapnya.
![]() |
Bahkan, Ade sengaja memiliki katapel khusus yang dibuat sesuai dengan keinginannya. Ia merogoh kocek agak dalam untuk memiliki katapel yang sesuai keinginannya.
"Kalau saya sengaja pesan pengennya kayak gini. Punya saya itu batangnya campuran aluminium. Memang kalau punya saya harganya jutaan, tapi banyak juga yang murah tergantung bahan," tutur Ade.
Lestarikan Permainan Tradisional
Biasanya, katapel pada zaman dulu hanya memanfaatkan cabang pohon, tapi saat ini bahannya beragam. Para peserta terlihat ada yang menggunakan bahan kayu, hingga aluminium.
Ketua panitia kompetisi, Danil Herdiawan mengatakan, para peserta berasal dari berbagai daerah di antaranya Jakarta, Depok, Tangerang termasuk Bandung selaku tuan rumah. Kompetisi ini digelar pertama kali untuk skala nasional.
Dalam kompetisi ini, ada tiga kategori yang dipertandingkan. Yaitu jarak 10 meter, 15 meter dan tembak kaleng. "Ini kompetisi pertama secara nasional. Sebelumnya hanya antar komunitas saja," katanya.
![]() |
"Ini upaya kita, latihan bersama, kompetisi dan edukasi juga di sekolah. Harapannya tentu nantinya bisa lebih meluas yang menyenangi ketapel ini, khususnya generasi muda," tutur Danil.
Banyak manfaat yang bisa didapat dengan bermain katapel. Di antaranya melatih konsentrasi dan pernafasan ketika membidik sasaran. Tentunya lebih bermanfaat ketimbang permainan yang tersemat dalam smartphone atau komputer.
"Intinya lebih positif lah daripada game online kan. Hitung-hitung olahraga juga kan" ujar Danil selaku ketua Komunitas Is Bandung Slingshot ini. (mud/bbn)