Seminggu Kemarau, Sawah di Ciamis Sudah Terancam Gagal Panen

Seminggu Kemarau, Sawah di Ciamis Sudah Terancam Gagal Panen

Dadang Hermansyah - detikNews
Kamis, 20 Jun 2019 14:18 WIB
Memasuki musim kemarau, sejumlah petak sawah di Ciamis mulai alami kekeringan dan terancam gagal panen. (Foto: Dadang Hermansyah/detikcom)
Ciamis - Belasan hektar sawah di Desa Keraharja, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, sudah mengalami kekeringan. Para petani di desa tersebut terancam gagal panen.


Tanaman padi yang umumnya baru berumur 1,5 bulan gagal panen karena tak mendapat pasokan air. Padahal musim kemarau baru berlangsung sepekan ini di Ciamis. Pantauan detikcom, bagian tanah sejumlah petak sawah di Desa Kertaharja sudah mengering dan belah-belah. Daun padi berumur 1,5 bulan yang tadinya hijau kini sudah mulai menguning. Para petani membiarkan lahannya mengering lantaran sudah tak ada air di saluran irigasi Cibalungbang.

Sebagian petani berusaha menyelamatkan tanaman padinya dengan menggunakan pompa air. Memanfaatkan Sungai Cisepet menyedot air supaya dapat memenuhi sawahnya. Namun untuk menggunakan pompa air harus mengeluarkan biaya tambahan dengan membeli bensin. Sedangkan yang tak punya pompa air harus menyewa dengan harga Rp 150 ribu per hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Seperti dilakukan Neneng dan suaminya Tatang yang berusaha menyelamatkan tanaman padi menggunakan pompa. Untuk luas 190 bata, ia mengairi sawahnya dengan seharian menyedot air Sungai Cisepet. Untuk 1 liter bahan bakar hanya bisa menyedot air selama 2 jam saja.

"Sekarang sudah 2 kali menggunakan pompa air. Mudah-mudahan bisa diselamatkan dan panen, padi ini tiga bulan baru panen, sekarang baru 1,5 bulan lebih. Tapi untuk hasilnya belum tahu bagus atau tidak," ujar Neneng saat ditemui di sawahnya, Kamis (20/6/2019).
Seminggu Kemarau, Sawah di Ciamis Sudah Terancam Gagal PanenFoto: Dadang Hermansyah
Neneng mengaku meski memiliki pompa sendiri tapi tetap harus mengeluarkan biaya karena untuk menyalakan pompa perlu bahan bakar sampai beberapa liter sekali pakai. "Kalau pompa sudah mati, air yang tadinya menggenang ya surut lagi hanya beberapa jam juga. Kemarau sekarang baru juga beberapa hari tidak hujan air di irigasi sudah tidak ada," ucapnya.

Petani lainnya, Dede mengaku heran kemarau saat ini baru beberapa hari saja sudah tak ada air. Padahal tahun-tahun sebelumnya meski kemarau air masih cukup walau giliran. Menurut Dede sejumlah petani di desanya lebih memilih membiarkan tanaman padi mengering daripada harus menggunakan pompa karena harus mengeluarkan biaya tambahan.

"Untuk petani yang lainnya membiarkan tanamannya mengering. Kalau tak ada hujan dipastikan gagal panen," ucapnya.
Seminggu Kemarau, Sawah di Ciamis Sudah Terancam Gagal PanenFoto: Dadang Hermansyah
Sementara itu Kaur Ekbang Desa Kertaharja Lukman Nulhakim menjelaskan sebanyak 11 hektar area persawahan di desanya terancam kekeringan. Bahkan sebagian diantaranya tanah berikut padi sudah kering.

"Sumber air dari sungai Cikalagen sudah tidak ada, jadi sawah milik ratusan warga di Desa Kertaharja terancam kering," ucapnya.

Menurut Lukman, untuk masa tanam kali ini di Desa Kertaharja dipastikan gagal panen bila tak ada lagi hujan. Karena untuk memperjuangkan menggunakan pompa air dirasa tidak dimungkinkan. Karena biaya yang dikeluarkan tak sebanding dengan hasil panen yang akan didapat.

"Kebanyakan di sini warga memiliki sawah 1 atau 2 petak, ukuran kecil, kalau sewa pompa Rp 150 ribu per hari belum lagi beli bensinnya itu terlalu besar. Sedangkan hasil panennya tidak bisa ditentukan bagus atau tidak," ucapnya. (tro/tro)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads