Saleh menceritakan latar belakangnya mengagas 'Dai Bus Kota'. Saat itu, ia berkuliah di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, sedangkan rumahnya berada di kawasan Holis. Ia setiap hari menggunakan bus untuk berkuliah.
"Selama dua tahun sekitar 1996 - 1998 bulak balik naik bus kota. Banyak fenomena menggelitik. Mulai pedagang asongan, pengamen, peminta," kata Saleh kepada detikcom di Alun-alun, Kota Bandung, Sabtu (1/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia yang saat itu duduk di semester 7 bangku perkuliahan muncul ide untuk menebar kebaikan melalui tausiah dalam bus. Dalam merintis niatnya itu, Salem menemui sejumlah hambatan terutama dari sesama aktivis bus kota.
"Selama ceramah bus kota awalnya selalu menghindari pengamen, pedagang asongan jangan sampai bentrok. Karena sama-sama aktivis di bus kota, kadang ada ancaman dan hasutan jangan dengerin (ceramah)," ungkap dia.
Singkat cerita, pria yang kini berprofesi sebagai guru itu berinisiatif mendekatkan diri dengan kelompok pengamen jalanan. Ia bersyukur diterima dengan baik oleh mereka hingga akhirnya bisa berkolaborasi melalui konsep 'nada dan dakwah'.
"Alhamdulillah kita ada kolaborasi juga namanya nada dan dakwah. Jadi enggak khawatir lagi dengan teman-teman pengamen," jelas dia.
![]() |
Saleh bersama dai lainnya rutin sepekan sekali berdakwah di dalam bus, bukan hanya saat Ramadhan. Biasanya dalam satu bus terdiri dari dua sampai tiga orang. Mereka berbagi tugas mulai menjadi MC, dokumentasi hingga penceramah secara bergantian.
"Jadi sepekan sekali minimal kita berdakwah bersama di beberapa titik jadi sudah dibagi. Memang ada 40 orangan, tapi belum optimal semua bisa. Karena kesibukan masing-masing juga, seperti saya guru," tutur dia.
![]() |
"Saya tertarik pribadi ingin menguatkan diri mental berhadapan orang banyak, sekaligus jadi kebaikan buat saya dan orang lain," jelas Budi.
Baik Saleh maupun Budi mengaku bersyukur dakwahnya selama ini tidak ada penolakan dari masyarakat khususnya penumpang bus. Apalagi, pesan dakwah yang disampaikannya bersifat universal dan mudah dipahami berbagai kalangan.
Pemandangan itu tampak saat detikcom mengikuti aktivitas dakwahnya di dalam Bus Damri jurusan Alun-alun-Ciburuy. Sejumlah penumpang mendukung keberadaan pendakwah dalam bus.
"Bagus ya. Ini pertama melihat. Mendukung karena bagus. Daripada yang masuknya pengamen lebih baik pendakwah," ucap Elis (53).
Penumpang lainnya juga menyambut hangat kehadiran Dai Bus Kota. Menurutnya ada ilmu-ilmu baru yang bisa didapat sambil menanti perjalanan menuju tujuannya masing-masing.
"Bagus ya, jadi ada ilmu agama baru. Ceramahnya juga mudah dicerna," kata Sumanti (59). (ern/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini