Ketika kemarau, warga menempuh perjalanan sejauh hampir 1 kilometer untuk mencapai mata air yang kondisinya terbatas. Bergantian warga membawa ember, jeriken hingga loyang besar untuk menampung air.
"Ada sekitar 60 kepala keluarga yang selama ini mengalami kesulitan air bersih, masalah ini teratasi ketika hujan. Warga kampung memasang talang atau saluran air di setiap ujung atap bangunan rumah," tutur Enad (40) ketua RT 02 RW 08, kepada awak media, Sabtu (1/6/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Air itu kemudian digunakan warga untuk mandi, mencuci hingga urusan memasak. "Kalau kemarau seperti sekarang air tampungan habis, terpaksa masyarakat mengambil air bersih dari sumber mata air untuk keperluan sehari hari harus menempuh perjalanan jauh yakni sekitar 800 hingga 1 kilo meter dari pemukiman warga," lanjut Enad.
Sementara itu, Hendra Herdiansyah warga setempat yang juga aktivis sosial dari forum peduli lingkungan merasa prihatin dengan kondisi masyarakat di kampung yang mayoritas penduduknya berprofesi sebagai petani dan nelayan tersebut.
"Masyarakat di sini bukan tidak berusaha, mereka pernah mencoba menyalurkan air dari mata air ke rumah masing masing namun karena jarak yang jauh mereka terkendala biaya akhirnya terhenti. Lokasi mata air jauh dengan pemukiman, membutuhkan biaya yang cukup besar untuk pengadaan pipa dan peralatannya," ungkapnya.
(sya/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini