Suara letupan dari tiga deret lodong saling bersahutan di sebuah lereng bukit. Terlihat sejumlah anak saling bergantian menyulut meriam yang terbuat dari bilah bambu yang tak terlalu muda itu.
Tiap kali meriam berbunyi, kerap disusul oleh suara riang gembiranya anak-anak. Kendati begitu, memainkan meriam ini perlu diawasi orang dewasa karena risiko kecelakaan tetap ada.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kemudian buatlah lubang picu dengan menggunakan bor atau gergaji di pangkal samping bambu, lubang ini akan dijadikan tempat untuk menuangkan minyak tanah dan memantik letupan.
Kepala Desa Gudang Kahuripan Agus Taryana, mengatakan memainkan meriam lodong ini merupakan tradisi yang terjaga di desa tersebut. "Anak-anak dan juga orang dewasa ikut memainkan lodong ini ya setiap menjelang buka puasa," kata Agus, belum lama ini.
Permainan yang terinspirasi dari meriam ala Portugis ini memang jarang ditemukan di wilayah perkotaan yang padat. Untuk memainkan lodong diperlukan lahan yang luas nan sepi, pasalnya suara bising lodong bisa mengganggu warga sekitar.
"Makanya kita pilih di bukit ini, biasanya lodong digunakan juga untuk membangunkan sahur," katanya. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini