Sesuai namanya, Pasar Purnama digelar saat bulan purnama. Perhelatan ini baru dua kali digelar, terakhir saat Gerhana Bulan Total tahun 2018 lalu.
Pantauan detikcom, berbagai macam dagangan dijajakan, mulai dari ketan bakar, susu murni, masakan tradisional, hingga produk kerajinan tangan
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini merupakan pengembangan kampung eduwisata, setelah Imah Noong kita juga ada Musalatorium, kemudian kita ingin melibatkan juga masyarakat sehingga kita laksanakan Pasar Purnama ini," kata Hendro saat ditemui detikcom, Sabtu (18/5/2019) malam.
![]() |
Hendro yang juga peneliti astronomi itu, mengatakan konsep awal digelarnya Pasar Purnama yakni ingin mengajak warga untuk menikmati indahnya malam di bawah sinar rembulan, tanpa penerangan dari lampu.
"Kita buat gerainya dari bambu, kita inginnya penerangan menggunakan cempor seperti suasana di kampung tempo dulu, tapi ya masih bertahap untuk sekarang," katanya.
Soal pemilihan waktu pelaksanaan, Hendro mengatakan tak setiap purnama pasar ini digelar. Sebab, ia menyesuaikan dengan waktu libur.
"Kalau misal purnamanya di malam selasa, besoknya kan tidak libur, nah kalau purnamanya Sabtu, besoknya kan Minggu, warga juga kan bisa beristirahat," katanya.
Di purnama lainnya, kata Hendro, biasanya ia dan beberapa kawannya dari IA-ITB dan Alumni ITB '93 menggelar diskusi atau ngawangkong.
"Biasanya di bawah purnama kita gelar diskusi sambil makan kacang, kemarin temanya soal kopi, pesertanya ada entusias, peneliti kopi, pengusaha dan importir kopi, tapi kalau ada yang mau gabung juga silakan," ucapnya. (ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini