Aep, sapaan akrab Saefudin, terlahir dengan penglihatan normal. Ia kehilangan penglihatannya saat berumur 14 tahun. Saat itu wabah penyakit mata menjalar di kampungnya yang berada di Semarang, Jawa Tengah.
"Waktu itu tahun 1982, Allah menakdirkan ada bencana sakit mata sekampung, alhamdulillah semua bisa sembuh. Tapi saya kehilangan penglihatan, ketika itu saya kelas dua SMP," kenang Aep saat ditemui di Asrama SLBN-A Citeureup, Kota Cimahi, Selasa (7/6).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai akhirnya saya sekolah di Yayasan Kesejahteraan Muslim (di Semarang), orang tua memang memiliki dasar agama yang kuat, tapi bagi saya ketika itu merasa belum butuh, jadi seadanya saja," ujar bapak tiga anak ini.
Hingga akhirnya, ia bertemu dengan ustaz Ahmad Dahlan yang mengajarinya sebuah ayat Alquran, yakni petikan surat Toha ayat 124. "Beliau mengajarkan bahwa orang yang tidak mengingat Allah kelak di yaumulakhir akan dibangkitkan dalam keadaan buta (susah)," ujarnya.
"Kemudian saya berpikir, di dunia saja saya seperti ini, apalagi nanti. Akhirnya saya mulai intensif belajar Alquran," Aep menambahkan.
Kita harus bisa berbuat adil dan menebarkan kebaikan sebanyak-banyaknya.Ustaz Saefudin |
Dengan menjadikan ayat Alquran sebagai pedoman untuk belajar, Aep berhasil menyelesaikan SMP pada 1987 dan SMA pada 1980. Lalu ia merantau ke Bandung untuk mengikuti ujian Sipenmaru.
"Alhamdulillah diterima di IKIP jurusan pendidikan luar biasa. Tahun 1996 lulus kuliah, tahun 2000 baru diangkat menjadi guru di SLB," katanya.
Di tengah perjalanan menuntut ilmu, ia bertemu seorang ulama tunanetra, yakni ustaz Aan Suhana dari Ciamis. "Dalam perjalanan menuntut ilmu, kedua ulama tadi tidak bisa saya lupakan. Kita harus bisa berbuat adil dan menebarkan kebaikan sebanyak-banyaknya," ujarnya.
Kini, setiap harinya Aep mengisi program pengajian sehabis zuhur dan maghrib di masjid Nurul Qolbi yang berada di lingkungan SLBN. "Ini merupakan program asrama, saat ini kira-kira ada 30 murid yang belajar Alquran bersama," kata Aep.
![]() |
"Beliau juga sering mencontohkan, dan antusias dalam menularkan semangat menghapal Alquran," katanya yang telah menghapal 30 juz Alquran.
Meski berada di lingkungan SLBN, pengajian rutina untuk mencetak hafiz berasal dari dana swadaya atau bantuan dari para donatur. "Alhamdulillah kalau dari pemerintah belum ada, semoga ada pihak yang terketuk hatinya," kata Nu'man.
Tonton juga video Penyandang Disabilitas Bisa Belajar Jadi Barista di Kedai Ini:
(tro/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini