Para alumni Kelas Multikultural adalah penerima beasiswa penuh di SMK Bakti Karya Parigi. Angkatan pertama yang dilepas berjumlah 35 siswa yang berasal dari enam provinsi yakni Aceh, Sumatra Selatan, Maluku, Kalimantan Utara, Nusa Tenggara Timur dan Jawa Barat.
Ketua Yayasan Darma Bakti Karya sekaligus penggagas Kelas Multikultural Ai Nurhidayat mengatakan 35 siswa telah lulus memenuhi 60 indikator kelas multikultural. Ke 60 indikator, Ai menggambarkan, di antaranya mencakup aspek toleransi dan perdamaian, wawasan keragaman budaya, wawasan ekologi serta hubungan sosial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah tiga tahun berjalan, kata Ai, Kelas Multikultural di SMK bakti Karya Parigi memiliki 80 pelajar yang berasal dari 18 provinsi, 22 suku dan tiga agama berbeda. Mereka yang berasal dari luar Pangandaran, diberi beasiswa penuh selama tiga tahun sekolah.
Beasiswa tersebut mencakup tiket perjalanan pulang-pergi, makan-minum, asrama dan biaya sekolah, dengan total mencapai Rp 45 juta untuk masing-masing anak.
"Dananya dari donasi publik, sebagian dari bantuan pemerintah," kata alumni Universitas Paramadina ini.
Maria Magdalena Hingi Hera (19) salah satu alumni asal Kabupaten Flores Timur, NTT menyebut Kelas Multikultural telah mengubah hidupnya. Ia mengaku mendapat pengalaman berharga belajar dengan banyak orang dari latar belakang berbeda.
"Di kampungku itu semua Katolik. Kadang kalau ada berita terorisme, kita jadi benci sama orang Islam. Tapi sekarang saya banyak teman Islam. Mereka semua baik," kata Hera.
Selepas lulus, Hera menyebut tengah mengikuti seleksi beasiswa di sejumlah perguruan tinggi. Dengan mengenyam pendidikan lebih tinggi, kata Hera, ia berharap lebih punya daya tawar untuk melakukan perubahan di kampung halamannya. (tro/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini