Hidrosefalus, Bocah 7 Tahun di Cipatat Tak Berdaya

Hidrosefalus, Bocah 7 Tahun di Cipatat Tak Berdaya

Yudha Maulana - detikNews
Senin, 08 Apr 2019 12:59 WIB
Foto: Yudha Maulana
Bandung Barat - Mirna Wati, bocah perempuan berusia tujuh tahun hanya bisa terkulai lemah di tengah rumahnya yang berada di Kampung Pasirjati, Desa Citatah, Kabupaten Bandung Barat. Ia mengalami hidrosefalus sejak usia tiga bulan.

Hidrosefalus terjadi karena penumpukan cairan di dalam otak yang mengakibatkan meningkatnya tekanan pada otak.

Wajah Mirna terlihat sayu saat detikcom mengunjunginya di dalam rumahnya. Air mata kerap keluar dari matanya. Lantaran bobot kepalanya, anak keempat dari pasangan Cucun (45) dan Nyi Ade (42) itu hanya bisa tidur terlentang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Anak kami tidak bisa jalan, kepala bagian belakangnya lembek dan seperti ada lubang sebuku jari," kata Cucun kepada detikcom, Senin (8/4/2019).
Hidrosefalus, Bocah 7 Tahun di Cipatat Tak BerdayaFoto: Yudha Maulana

Cucun mengatakan anaknya pun tak bisa berbicara secara normal. Hanya beberapa patah kata yang bisa diucapkan Mirna. "Paling hanya bisa mengatakan mamah, bapak, teteh, selebihnya tak bisa," ujarnya.

Cucun mengatakan, awalnya anaknya lahir dengan normal. Namun, pada usia tiga bulan mengalami kejang dan panas. "Dari situ mulai membesar kepalanya, awalnya di bagian depan juga menonjol," ujarnya.

Mirna pun kerap mengalami kejang, Cucun kerap khawatir pasalnya ekspresi Mirna seperti sedang ketakutan saat kambuh. "Saya selalu berdoa, Ya Allah berikan anak saya kesembuhan," ucapnya.

Untuk mengobati Mirna, ia pernah membawanya ke rumah sakit. Bahkan, sudah empat kali dokter yang memeriksa Mirna sampai datang ke rumahnya untuk memeriksa kondisinya.

"Katanya tempurung tengkorak anak saya pecah, dokternya pun sudah tak ke sini lagi karena saya juga sudah habis biaya, kami juga pernah berobat ke tabib di Cianjur, tapi belum ada hasilnya," ujar Cucun.
Hidrosefalus, Bocah 7 Tahun di Cipatat Tak BerdayaFoto: Yudha Maulana

Sehari-hari Cucun bekerja sebagai buruh serabutan, penghasilannya tak menentu. Ia pun pernah mengajukan program JKN-KIS ke desa namun sudah tiga bulan belum ada tanggapan. "Mungkin karena kami masyarakat kecil," keluhnya.

Ia berharap anak bungsunya itu bisa kembali sehat. "Saya selalu kepikiran, mau digendong sudah tidak kuat, sempat punya kursi roda tapi sekarang sudah tidak muat," katanya.

(ern/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads