W didampingi keluarga dan anggota Unit PPA Satreskrim Polres Purwakarta selama proses pemeriksaan. Ia mengikuti serangkaian tes kejiwaan oleh psikiater.
Direktur Utama RSUD Bayu Asih Agung Darwis mengungkapkan hasil diagnosis sementara kejiwaan W. "Saya sudah berbincang dengan psikiater, kalau melihat diagnosanya, disebutkan suspect depresi berat," kata Agung di RSUD Bayu Asih, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (02/04/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, terungkap bahwa ibu telah mengalami depresi sebelum proses melahirkan anak kedua. W diketahui pernah memeriksakan diri ke Puskesmas Kiarapedes dan memiliki obat-obatan antidepresan atau semacam obat penenang. Kini bayi usia lima bulan tersebut masih kritis pascakeajadian dikubur hidup-hidup.
Selain itu, W dinyatakan bukan mengalami baby blues syndrome atau sindrom yang biasa menyasar ibu pascamelahirkan. "Dia bukan baby blues, tapi sudah depresi berat. Kalau baby blues lebih ringan kategorinya," kata Agung.
Dirujuk ke RSHS Bandung
Diagnosis awal terhadap W ini belum bisa dijadikan alat bukti kuat oleh polisi. Sebab itu, sambung Agung, W dirujuk ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung guna pemeriksaan lebih lanjut.
"Pasien harus dirujuk ke Bandung, kita sudah menghubungi departemen psikiater di RS Hasan Sadikin. Dia akan menjalani observasi selama dua minggu, obat dihentikan. Selama itu, nanti akan terlihat jelas jika tanpa obat-obatan seperti apa," tutur Agung.
Pemeriksaan kejiwaan ini sebagai upaya polisi untuk mengungkap motif W mengubur anaknya. Setelah ada kepastian W gangguan jiwa atau tidak, polisi dapat menentukan langkah yang akan diambil dari status hukumnya.
"Kami belum melakukan pemeriksaan karena kondisinya (W) yang belum stabil. Rencana kita masih mengklarifikasi dan mencari bukti-bukti lainnya. Namun pihak keluarga menganggap ini adalah musibah," kata Kasat Reskrim Polres Purwakarta AKP Handreas. (bbn/bbn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini