Tak sedikit pun mengundang perhatian orang yang melintas, lantaran bentuk patahan nisan itu secara kasat mata memang biasa saja. Sama seperti patahan nisan lainnya. Ternyata keliru. Karena patahan nisan itu merupakan bagian dari sejarah Cirebon.
Ya, nisan tersebut merupakan nisan dari makam orang yang berpengaruh di Cirebon. Namanya Tan Tjien Kie. Makam Tan Tjien Kie berada di tengah-tengah pemukiman warga. Makamnya tertindih bangunan rumah warga, sedangkan patahan nisannya berada persis di samping rumah warga tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Waktu saya kecil masih ada (makam Tan Tjien Kei). Sekarang mah sudah tidak ada. Sudah tertutup bangunan," katanya saat berbincang dengan detikcom di Kampung Dukuh Semar, Kota Cirebon, Jawa Barat, Selasa (19/3).
Patahan nisan makam Tan Tjien Kie di Kampung Dukuh Semar Kota Cirebon. (Foto: Sudirman Wamad/detikcom) |
"Warga tahu kalau ada makam. Tapi kan sudah jadi pemukiman. Kadang ada masyarakat Tionghoa yang nanya, sampai sekarang masih ada yang nanya," ucap Panji.
Mengenal Sosok Tan Tjien Kie
Tan Tjien Kie, tokoh masyarakat Cirebon pada masa kolonial. Sosok Tionghoa yang kaya raya dan berjiwa sosial tinggi. Masyarakat Tionghoa memang memiliki peran penting sejak era Sunan Gunung Jati. Bahkan, Sunan Gunung Jati pun menikahi putri cantik asal Tiongkok yaitu Ong Tien.
Sedangkan Tan Tjien Kie hidup di masa kolonial. Menurut Nurdin M Noer, budayawan Cirebon, Tan Tjien Kie seorang filantropis yang memiliki ribuan hektare tanah, rumah mewah dan pabrik gula.
Tan Tjien Kie tercatat sebagai anggota militer dan diangkat sebagai letnan tituler pada 1884. Tan Tjien Kie merupakan sosok yang banjir penghargaan saat masa Pemerintahan Hindia Belanda.
Pada 1913 pangkatnya naik menjadi mayor tituler. Tan Tjie Kie ini memiliki pengaruh dalam bidang politik dan militer di Cirebon waktu itu. Enam tahun setelah diangkat menjadi mayor tituler, Tan Tjien Kie wafat. Tepatnya pada Kamis, 13 Februari 1919 di Kampung Dukuh Semar, Kelurahan Kecapi, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, Jawa Barat.
"Konsulat Jendral dari Tiongkok pada waktu itu ikut melayat. Banyak yang melayat, gubernur, sultan dan lainnya. Tan Tjie Kie orang kaya yang memiliki pengaruh politik dan militer," kata Nurdin kepada detikcom, Selasa (19/3).
Warga berfoto di makam Tan Tjien Kie. Foto ini diabadikan pada 1990. (Foto: repro dokumentasi Nurdin M Noer) |
"Gedong Binarong itu salah satu istananya. Kemudian beberapa pabrik gula ia kelola," ucap Nurdin.
Tak hanya itu, lanjut Nurdin, Tan Tjien Kie membangun sejumlah fasilitas umum, seperti rumah sakit yang bertransformasi menjadi Rumah Sakit Gunung Djati, Vihara Winaon di Kota Cirebon, dan sekolah Tionghoa.
"Tan Tjien Kie ini penghubung antara masyarakat Tionghoa dengan pemerintah Hindia Belanda," ujar Nurdin. (bbn/bbn)












































Patahan nisan makam Tan Tjien Kie di Kampung Dukuh Semar Kota Cirebon. (Foto: Sudirman Wamad/detikcom)
Warga berfoto di makam Tan Tjien Kie. Foto ini diabadikan pada 1990. (Foto: repro dokumentasi Nurdin M Noer)